****
Nafisha hanya bisa menangis dalam diam. Ketika merasakan sakit di bagian kedua tangannya yang sedang terikat ke belakang. Serta lehernya yang sepertinya sudah mulai tergores oleh pisau yang sedang di todongkan kepadanya.
Saat ini ia melihat ada empat orang laki-laki yang berdiri di dekat pintu. Ia merasa sangat familiar dengan postur tubuh itu. Tapi sama sekali tidak bisa menebak siapa sebenarnya mereka. Karena sudah terlalu takut dengan apa yang sedang ia alami sekarang.
Salah satu dari ke empat laki-laki itu perlahan mulai mendekat ke arah Nafisha. Kini ia tahu siapa laki-laki itu dia adalah Tiger. Orang yang selama ini selalu menyelamatkannya saat sedang dalam bahaya. Dan sekarang laki-laki itu muncul lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Berhenti atau dia tidak akan selamat." secara spontan langkah kaki Gerlan langsung terhenti saat itu juga. Bukan karena ancaman yang di lontarkan oleh pria bertopeng itu. Melainkan karena suara yang dia keluarkan sangat mirip dengan seseorang yang ada dalam kehidupannya.
"Papa," gumam Gerlan tanpa sadar membuat pria bertopeng itu menjauhkan pisau yang ada di leher Nafisha.
"Om Gian?!" teriak Luky, Daniel, dan Revan secara bersamaan. Tepat setelah pria itu membuka topeng yang menutupi wajahnya. Mereka benar-benar tidak percaya jika dalang di balik penculikan ini ternyata adalah Gian.
Nafisha terlihat mulai kebingungan di tempatnya. Sebenarnya ia sudah tahu sejak beberapa jam yang lalu. Jika orang di balik penculikkannya adalah Gian. Karena pria itu sebelumnya juga sempat tidak memakai topeng. Tapi pada saat mendengar ada keributan di luar ruangan. Ia cepat-cepat memakai topeng yang di bawanya. Agar orang-orang tidak dapat mengenali dirinya.
Jika laki-laki yang saat ini sedang berdiri di hadapannya. Memanggil Gian dengan sebutan Papa berarti dia adalah, " Kak Gerlan." nama itu tanpa sengaja keluar dari dalam mulut Nafisha.
Gerlan yang sejak tadi terus memperhatikan Gian. Kini beralih menjadi melihat ke arah Nafisha yang baru saja memanggil namanya.
Sial, semua rahasia ini bakal terbongkar sebentar lagi.
Gerlan menarik tubuh Nafisha ke arahnya hanya dengan satu tarikan kencang. Ketika melihat Gian yang sedang dalam keadaan lengah.
"Lo nggak pa-pa?" tanya Gerlan saat Nafisha sudah berada di hadapannya.
"Aku takut," ucap Nafisha terdengar begitu lirih. Gerlan melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Nafisha. Kemudian membawa tubuh perempuan itu ke dalam dekapannya.
"Lo nggak perlu takut. Ada gue di sini," bisiknya tepat di samping telinga Nafisha.
Gian yang melihat kejadian itu tepat di depan kedua matanya hanya diam. Dengan pisau yang masih berada di salah satu genggaman tangannya.
Nafisha sedikit menjauhkan tubuhnya dari Gerlan. Menatap laki-laki itu untuk waktu yang lumayan lama. Sebelum salah satu tangannya bergerak membuka buff yang sedang di pakainya.
"Kak Gerlan!" teriak Nafisha dengan raut wajah terkejut. Ia benar-benar tidak percaya jika orang yang selama ini selalu menjadi pelindungnya ternyata adalah Gerlan.
Ada satu pertanyaan yang sejak tadi terus mengganggu pikirannya yaitu, kenapa selama ini Gerlan harus menyamar menjadi orang misterius? Apa ada sebuah rahasia yang seharusnya tidak ia ketahui?
"Iya. Ini gue," sahut Gerlan seraya membuka topi yang di gunakannya.
"Sini kamu!" secara tiba-tiba tubuh Gerlan di tarik oleh Gian. Hingga menabrak dinding yang berada di belakangnya dengan cukup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
DragosteGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...