****
Dava yang baru saja keluar dari dalam rumah Aldi tidak sengaja melihat sosok Gerlan yang sedang duduk di atas sepeda motornya. Sepertinya dia tampak sedang mencoba untuk menghindar dari anggota Refour yang berkumpul di sana.
Gerlan tampak terkejut ketika melihat sebuah kaleng soda yang melayang ke arahnya. Dan dengan sigap ia pun menangkap minuman itu menggunakan kedua tangannya.
"Lo kenapa nggak gabung sama mereka?" tanya Dava berjalan mendekat ke arah Gerlan. Kemudian menyandarkan tubuhnya di samping motor laki-laki itu.
"Gue lebih suka di sini," sahutnya seraya membuka kaleng soda yang tadi di lempar oleh Dava.
"Ikut gue." tanpa berpikir lama Gerlan langsung turun dari atas sepeda motornya. Berjalan mengikuti langkah kaki Dava yang entah ingin mengajaknya ke mana.
Pemandangan taman yang indah serta udara yang sejuk seolah-olah menyambut kedatangan Gerlan dan Dava. Kedua laki-laki itu kini duduk di sebuah kursi panjang yang berada di bawah pohon besar.
"Lo kenapa ajak gue ke sini?" tanya Gerlan memperhatikan keadaan di sekitarnya yang tampak begitu sepi dan juga sunyi.
"Kalau boleh jujur. Sebenarnya gue masih belum siap buat ngelepasin Refour ke orang lain," ucap Dava menoleh singkat ke arah Gerlan yang duduk di sampingnya.
Jika saja pilihan itu tidak pernah ada. Mungkin ia akan tetap menjadi ketua Refour untuk beberapa waktu ke depan.
"Tapi disisi lain, gue juga nggak siap kalau harus di tinggal Nafisha pergi buat waktu yang lama."
"Apa maksud lo? Nafisha mau pergi ke mana?" bukan hanya Dava saja yang tidak siap jika di tinggal pergi oleh Nafisha. Tapi juga dirinya yang pasti akan merasakan hal yang sama.
"Orang tua gue bakal kirim Nafisha ke luar negeri sampai dia lulus pendidikan. Kalau misalkan gue masih ada campur tangan sama Refour," jelasnya.
"Jadi itu alasan lo minta gue buat jadi ketua Refour. Karena lo nggak mau kalau Nafisha sampai di kirim ke luar negeri?" ternyata selama ini bukan hanya dirinya yang mendapatkan ancaman seperti itu.
Dava mengangguk. "Gue yakin lo bisa memimpin Refour dengan baik," ucapnya menepuk pelan pundak Gerlan menggunakan salah satu tangannya.
****
Beberapa hari sudah berlalu. Setelah Gerlan di tunjuk oleh Dava untuk menjabat sebagai ketua Refour yang baru. Semuanya tampak berjalan lancar sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun sejak saat itu juga ia jadi jarang bertemu dengan Nafisha. Jabatannya di Refour benar-benar membuatnya sangat sibuk. Mulai dari mengurusi hal kecil sampai hal-hal yang besar.
Hari ini Gerlan baru saja tiba di kantor polisi. Ia berniat mengunjungi Gian sekaligus memberitahu pria itu tentang keputusan yang sudah di ambilnya. Butuh waktu lama untuk ia menetapkan keputusannya kali ini. Semoga saja tidak ada kesalahan yang ia buat setelahnya.
Gerlan mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan pembatas kaca berukuran tebal. Sedangkan di seberangnya sudah terdapat sosok Gian yang menggunakan pakaian tahanan.
Sudah terhitung lebih dari satu bulan Gian berada di dalam sel itu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di masa lalu. Berat badanya kini terlihat banyak sekali mengalami penurunan. Sangat jauh berbeda saat dia masih berkumpul bersama keluarganya.
"Kamu hanya datang seorang diri. Di mana Mama dan Adikmu?" tanya Gian menyandarkan tubuhnya di kursi dengan kedua tangan yang berada di atas meja.
"Mereka ada di rumah," sahut Gerlan. "Bagaimana keadaan Papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
Любовные романыGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...