****
Gerlan mendudukkan tubuhnya di sofa yang berada tepat di samping Dava. Setelah mengantarkan Nafisha pulang tiba-tiba saja ia di minta oleh Dava untuk tetap berada di dalam rumahnya selama beberapa saat. Karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padanya.
"Apa yang mau lo omongin?" tanya Gerlan memperhatikan Dava yang sejak tadi belum juga membuka suara.
Dava menaruh ponsel yang berada di genggaman tangannya ke atas meja. Menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa dengan kaki kanan yang di taruh di atas kaki kirinya. "Gue mau lo gabung sama Refour," ucapnya secara to the point.
Gerlan sempat terdiam di tempatnya selama beberapa saat. Hingga kemudian ia bertanya. "Apa tujuan lo ngajak gue buat gabung di geng lo itu?" tanya Gerlan merasa tidak mungkin jika ia di minta untuk bergabung bersama Refour begitu saja. Tanpa ada tujuan yang terselubung di dalamnya.
Dava tersenyum kecil ketika mendengar pertanyaan laki-laki yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya itu. "Ternyata lo jauh lebih pintar dari yang gue bayangkan sebelumnya."
"Gue mau lo gabung sama Refour supaya lo bisa jagain Nafisha," ungkap Dava.
"Hubungannya apa Adik lo sama gue yang gabung di Refour? Gue bisa aja jagain dia tanpa harus gabung sama lo," sela Gerlan masih tidak mengerti akan ucapan Dava.
"Dengan lo gabung sama gue di Refour. Lo bisa punya banyak kekuatan dari temen-temen gue buat jagain Nafisha dari ketua Nevar."
Gerlan ikut menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa. Pandangannya terus melihat ke arah Dava. Mencoba untuk mendengarkan lebih jelas lagi kata demi kata yang keluar dari dalam mulut laki-laki itu.
"Gue tahu lo jago bela diri. Tapi itu nggak memungkinkan lo bisa mengalahkan Pram sama teman-temannya kayak beberapa hari yang lalu," tambah Dava.
"Gue punya beberapa pertanyaan buat lo. Sebelum gue bikin keputusan." Gerlan membenarkan posisi duduknya menjadi sedikit membungkuk ke depan. Menopangkan tangannya di atas kedua pahanya.
"Apa?"
"Lo tadi sempat bilang sama gue. Kalau gue gabung sama lo di Refour gue bakal punya banyak kekuatan buat jagain Nafisha dari ketua Nevar?" tanya Gerlan memastikan kembali jika ia tidak salah mengucapkan kalimatnya.
Dava langsung mengangguk dengan cepat. "Jadi apa pertanyaan lo?"
Gerlan sempat mengalihkan pandangannya sekilas ke arah lain. Sebelum kembali melihat ke arah Dava dan berujar. "Sebenarnya apa yang buat Pram terus mengejar Nafisha?"
"Dari sekian banyaknya pertanyaan. Kenapa lo harus tanya soal hal itu?" ucap Dava membuat Gerlan menghambuskan nafas kasarnya.
"Lo tinggal jawab pertanyaan gue. Tanpa harus tanya balik," balas Gerlan terdengan serius.
"Dia mau balas dendam sama gue," jawab Dava ucapannya itu mampu membuat Gerlan kembali terdiam di tempatnya selama beberapa saat.
"Balas dendam?" Dava mengangguk baru saja ia ingin memperjelas kembali ucapannya. Pandangannya tiba-tiba saja menangkap sosok Nafisha yang sedang berjalan mendekat ke arah mereka berdua.
"Kasih nomer telepon lo ke gue," ucap Dava terdengar begitu terburu-buru.
"Buat apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...