****
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi dengan sangat nyaring. Dan tepat setelah itu ponsel yang berada di laci meja Nafisha bergetar. Nafisha yang menyadarinya pun langsung mengambil ponsel itu. Melihat sebuah pesan singkat yang baru saja di kirimkan oleh seseorang melalui pesan WhatsApp.
Gerlan Mauriz: Gue tunggu di parkiran sekarang.
Nafisha yang membaca pesan itu hanya menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum kecil. Ia menaruh ponsel tersebut di atas mejanya tanpa berniat untuk membalas. Kemudian kembali merapihkan buku-buku pelajaran miliknya ke dalam tas.
"Chat dari siapa?" tanya Aqilla yang baru saja selesai membereskan semua barang-barangnya.
"Kak Gerlan."
"Kok lo bisa sih dapet nomer dia?" tanya Vania berdiri tepat di depan meja Nafisha.
"Lo lupa kalau mereka sudah jadian?" sela Davira berhasil membuat Vania berpikir jika dia benar-benar sangat bodoh.
Bagaimana bisa sepasang kekasih tidak saling bertukar nomer telepon? Terlebih lagi di jaman sekarang ini hanya benda itulah yang bisa di jadikan obat kerinduan. Jika sedang tidak bisa saling bertemu satu sama lain.
"Kak Gerlan tadi benar-benar jadi tipe cowok yang sering gue haluin selama ini," celetuk Aqilla mengingat kembali kejadian yang terjadi di taman belakang sekolah.
"Pokoknya nanti gue harus punya cowok yang sama persis kayak tokoh di cerita novel gue," ucapnya penuh harap.
Sedangkan Nafisha hanya bisa menyemangati dengan cara menepuk pundak perempuan itu.
"Kalau gue ada di posisi lo tadi. Bisa pingsan di tempat kali, Naf."
"Nggak. Kalau gue sih langsung stroke," timpal Vania membuat teman-temannya menoleh dan tidak tahu harus bereaksi apa.
Nafisha yang sejak tadi mendengar semua ucapan Aqilla, Davira, dan Vania diam-diam mengembangkan senyumnya. Setelah pergi dari taman belakang sekolah ia langsung di hadang oleh ketiga temannya itu di depan pintu kelas. Hanya untuk di mintai penjelasan.
Karena sebelumnya mereka sudah memergoki Nafisha dan Gerlan yang sedang berpelukan satu sama lain di taman belakang sekolah. Bahkan bukan mereka saja yang melihatnya tapi ada juga Daniel, Luky, dan Revan. Ikut menyaksikan bagaimana saat Gerlan berhasil membuat kedua pipi Nafisha memerah seperti kepiting rebus.
Ketika melihat semua itu mereka berenam berpikir jika Nafisha dan Gerlan baru saja meresmikan sebuah hubungan. Tapi tetap saja meraka ingin di beri penjelasan lebih oleh kedua orang itu.
Rumor tentang Nafisha dan Gerlan yang baru saja jadian. Seketika langsung menyebar luas ke seluruh penghuni SMA Pelita Bangsa. Beberapa siswi yang memang tidak menyukai sifat Agatha merasa sangat bahagia saat mendengar rumor itu.
Mereka berharap jika Nafisha bisa lebih baik dari perempuan bernama Agatha. Tapi ada juga sebagian siswi yang merasa tidak suka jika Nafisha dan Gerlan memiliki hubungan.
"Gue duluan," pamit Nafisha kepada teman-temannya. Ia merasa tidak enak jika harus membuat Gerlan menunggu lama di parkiran.
Selama berjalan di koridor Nafisha hanya menyunggingkan senyumnya seperti biasa. Saat melihat ada beberapa murid yang sedang memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Atau bahkan ada juga yang membicarakannya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...