Part 17. Cinta & Rahasia (2)

1.3K 106 10
                                    

****

Gerlan yang baru saja memarkirkan motornya di depan teras rumah. Mengambil ponsel miliknya yang sempat berdering di dalam saku celana abu-abunya. Ia mulai membaca isi pesan itu dalam hati. Setelah berhasil melepaskan helm yang sempat menutupi seluruh kepala serta wajahnya.

Dava Kalandra: Jam 8 temuin gue di basecamp. Ada satu hal yang mau gue tanyain sama lo.

Gerlan sempat melihat sekilas ke arah jam yang tertera di layar ponsel miliknya, pukul 17.00. Itu artinya masih ada waktu sekitar 2-3 jam lagi untuk ia pergi ke basecampe Refour dan menemui Kakak laki-laki dari kekasihnya.

"Kak Gerlan mau ke mana?" tanya Amanda ketika melihat sosok Gerlan yang sedang berlari kecil menuruni anak tangga. Dengan jaket identitas anggota Refour yang ia sampirkan di pundak kanannya.

"Kak Gerlan mau keluar sebentar. Kamu jaga rumah," pinta Gerlan setelah tiba di hadapan Amanda.

Amanda yang mendengar itu hanya mengangguk. Tanpa berniat untuk bertanya lagi ke mana sebenarnya tujuan laki-laki itu. Karena semuanya pasti akan percuma, sekeras apapun ia bertanya Gerlan tetap tidak akan pernah memberitahukannya. Kecuali memang dia sendiri yang mengungkapkan ke mana tujuannya.

Gerlan berjalan keluar rumah sambil sibuk memakai jaket miliknya. Menaiki motor besarnya yang terparkir di teras rumah. Dan mulai melajukannya dengan kecepatan kencang menuju basecamp Refour.

"Apa yang mau lo tanyain sama gue?" Gerlan ikut mendudukkan tubuhnya di kursi yang masih kosong. Di salah satu genggaman tangannya terdapat sebuah kaleng soda, yang sempat ia ambil dari kulkas minuman yang ada di sekitar tempat mereka.

"Lo jawab pertanyaan gue dengan jujur. Sebenarnya lo punya hubungan apa sama Nafisha?" tanya Dava langsung pada intinya.

"Kenapa tiba-tiba lo nanyain hal itu ke gue?" tanya balik Gerlan. Ia menaruh kaleng minuman sodanya ke atas meja. Melihat ke arah Dava yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya.

"Sejak lo antar Nafisha pulang ke rumah sore tadi. Dia kelakuannya jadi sedikit aneh. Suka senyum-senyum sendiri sambil ngeliatin layar handphonenya. Gue yakin ini ada hubungannya sama lo," tutur Dava.

"Kalau lo emang penasaran. Kenapa nggak tanya langsung aja sama Adik lo," timpal Gerlan memberi saran.

"Dia nggak bakal mau jujur sama gue," sahut Dava. "Oke, stop. Gue nggak mau basa-basi lagi. Sekarang kasih tahu ke gue punya hubungan apa lo sama Nafisha?"

"Gue sama dia pacaran," ungkap Gerlan seraya meneguk kembali minuman sodanya.

"Pacaran?!"

"Iya, kenapa? Ada yang salah? "

"Gue minta putusin dia sekarang!" seru Dava dari tempat duduknya. Wajah laki-laki itu kini terlihat begitu berbeda dari yang sebelumnya.

"Gue nggak bakal putusin dia."

Dava tiba-tiba saja bangkit dari posisi duduknya dan berjalan cepat menuju ke arah Gerlan. Salah satu tangannya menarik kencang kaos laki-laki itu. Hingga membuatnya berdiri tepat di hadapannya.

"Gue bilang putusin Nafisha!!" teriak Dava untuk yang kedua kalinya.

"Sampai kapan pun gue nggak bakal pernah putusin dia," sahut Gerlan membalas tatapan tajam Dava yang tertuju padanya.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang