Part 15. Pengakuan

1.5K 113 6
                                        

****

Suara gebrakan meja erdengar dengan begitu kencang. Membuat beberapa murid yang sedang berada di kantin menoleh. Ke arah meja di mana Nafisha dan teman-temannya berada.

Nafisha langsung menarik tangan Davira dengan salah satu tangannya ketika perempuan itu hendak bangkit dari posisi duduknya. Untuk mengomel kepada Agatha yang sudah membuat dirinya dan juga ketiga temannya terkejut karena suara gebrakan meja tadi.

"Ternyata peringatan gue yang kemarin belum juga bikin lo menjauh dari Gerlan!" seru Agatha. Ia kembali menjadi seperti ini karena sebuah foto yang baru saja di kirimkan oleh seseorang ke ponselnya beberapa menit yang lalu.

Di dalam foto itu terdapat Gerlan dan Nafisha yang sedang berada di sebuah taman bunga. Mereka berdua terlihat begitu bahagia dengan senyum lebar yang menghiasi wajah mereka masing-masing.

Sudah tiga tahun Agatha mengenal sosok Gerlan. Tetapi tidak pernah sekali pun ia melihat laki-laki itu tersenyum padanya seperti yang ada di dalam foto.

"Lo siapa berani nyuruh-nyuruh Nafisha buat ngejauhin Kak Gerlan?" sahut Aqilla menatap sinis ke arah Agatha yang saat ini sedang berdiri di hadapan Nafisha.

"Lo nggak perlu ikut campur. Ini urusan gue sama dia," ujarnya.

"Jangan tunjuk-tunjuk." Nafisha menyingkirkan tangan Agatha yang berada tepat di depan wajahnya. Ia merasa tidak senang jika ada orang yang menunjuk dirinya seperti itu. Terlebih lagi saat berada di tengah keramaian seperti ini.

"Selama lo masih bukan jadi siapa-siapanya Kak Gerlan. Gue berhak buat dekat sama dia begitu pun sebaliknya," cetus Nafisha menimpali ucapan Agatha dengan nada suaranya yang terdengar berani.

"Lo pikir lo secantik apa bisa deketin Gerlan?" sindir Agatha melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cantik itu nggak harus dari muka tapi juga hatinya. Kalau muka lo cantik tapi hati lo busuk, percuma," sahut seseorang.

Agatha yang mendengar ucapan itupun langsung berbalik. Dan terkejut ketika mendapati sosok Gerlan yang sudah berdiri tepat di belakang tubuhnya bersama Luky, Daniel, dan juga Revan.

"Kalau lo emang mau ambil hatinya Gerlan. Seharusnya lo bisa benerin prilaku buruk lo itu. Tapi kalau lo tetap bersikap semena-mena sama orang lain. Jangan harap lo bisa di pilih sama Gerlan. Bahkan di liat saja nggak," timpal Luky.

"Gue sudah kenal sama lo tiga tahun Ger. Tapi kenapa lo malah lebih suka sama dia, cewek yang baru lo kenal beberapa bulan ini. Di bandingkan sama gue?!" seru Agatha kembali mengarahkan jari telunjuknya ke arah Nafisha.

"Seberapa lama lo kenal sama seseorang. Belum tentu lo bisa dapetin hati orang itu," ujar Revan tedengar begitu bijak.

"Lo bisa tanya sendiri sama cewek yang sekarang lagi berdiri di belakang lo. Kenapa dia bisa bikin gue jatuh cinta dalam waktu yang singkat," balas Gerlan menatap tepat ke dalam kedua bola mata Nafisha.

Aqilla, Vania, dan Davira dengan spontan menoleh ke arah Nafisha. Perempuan itu juga terlihat begitu terkejut dengan pernyataan yang baru saja Gerlan lontarkan kepada Agatha.

"Saya seperti mencium aroma-aroma bakal jadian di sini," ucap Luky melirik sekilas ke arah Gerlan sambil tersenyum meledek.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang