Part 6. Orang yang di cari

2.4K 136 5
                                    

****

Nafisha mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di samping Gerlan. Membuka kotak P3K yang tadi di bawanya. Kemudian menyentuh pipi kanan Gerlan menggunakan salah satu tangannya. Meminta Gerlan untuk menghadap ke arahnya agar ia bisa lebih mudah untuk mengobati luka yang ada di wajah laki-laki itu.

Gerlan terdiam di tempatnya, menatap lekat wajah Nafisha yang hanya berjarak beberapa centi darinya. Wajah perempuan itu terlihat begitu serius dengan tangan yang sibuk mengobati luka yang ada di wajahnya.

"Maaf," ucap Nafisha secara tiba-tiba. Membuat Gerlan yang mendengar itu menautkan kedua alisnya.

"Buat apa?"

"Gara-gara nolongin gue. Lo jadi luka kayak gini." 

"Jadi sekarang lo nyesel sudah gue tolongin?" sela Gerlan membuat gerakan tangan Nafisha terhenti. Dan tidak sengaja menatap tepat di kedua mata Gerlan.

"Kalau lo emang nggak mau gue tolongin. Seharusnya tadi lo nggak perlu teriak. Biarin gue pergi dari sana. Tanpa tahu kalau lo ada di antara mereka, nyusahin," serkas Gerlan mengalihkan pandangannya dari wajah Nafisha. Ke arah Dava dan teman-temannya yang duduk di sebrang sana.

Nafisha yang mendengar ucapan itu dengan sengaja menekan kencang luka di bagian sudut kanan bibir Gerlan. Hingga membuatnya kembali menoleh sambil meringis kesakitan.

"Apa-apaan si lo. Lo nggak niat buat ngobatin gue?!" Gerlan langsung menjauhkan tangan Nafisha dari wajahnya. Menatap kesal wajah perempuan yang duduk di sampingnya itu.

"BUKAN ITU MAKSUD GUE."

"Terus apa?" tanya Gerlan menahan rasa sakit yang tercipta di sudut kanan bibirnya.

"Intinya gue cuma mau minta maaf. Sudah itu aja." Nafisha kembali mengobati luka yang ada di wajah Gerlan. Terutama pada bagian tulang pipi dan juga sudut bibirnya yang baru saja ia tekan dengan kencang.

"Lo nggak perlu minta maaf, gue yang tadi mau nolongin lo. Jadi gue luka bukan salah lo."

Nafisha manaruh kapas yang di pakainya tadi ke atas meja. Menatap ke arah Gerlan yang juga sedang menatapnya. "Ternyata lo orangnya cerewet juga ya," ungkap Nafisha seraya tersenyum kecil.

"Kenapa kalau gue cerewet. Masalah buat lo?!" balas Gerlan terdengar begitu sewot.

Nafisha menggeleng pelan. "Lo lucu kalau lagi cerewet," jawabnya kembali menarik kedua sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyum yang lebih lebar dari sebelumnya.

Gerlan yang melihat hal itu seketika terdiam mematung di tempatnya. Menatap wajah Nafisha tanpa berkedip sedikit pun.

"Sial," makinya dalam hati. Jantungnya kini sudah berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Gue sudah tahu siapa orang yang tepat buat jagain Nafisha," ujar Dava secara tiba-tiba. Membuat semua teman-temannya menoleh dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.

Kedua sudut bibir Dava tampak tertarik ke atas membentuk sebuah senyum kecil. Pandangan menatap lurus ke arah Nafisha dan Gerlan yang duduk di sebrangnya. Mereka berdua sepertinya sama sekali tidak mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh Dava. Karena memang jarak sofa mereka yang sedikit berjauhan dan suara Dava yang di buat sedikit pelan. Namun masih dapat di dengar oleh teman-temannya.

"Gue setuju sama keputusan lo," ucap Reno setelah mengerti apa arti dari ucapan Dava.

"Gue juga percaya kalau dia bisa jaga Nafisha dengan baik," tambah Ryan menyandarkan tubuhnya di kepala sofa. Ikut memperhatikan apa yang sedang di lihat oleh kedua temannya itu.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang