****
Gerlan sedang bersiap-siap untuk keluar dari dalam apartemenya. Kini penampilan laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari yang sebelumnya. Ia berjalan seorang diri melewati koridor apartemen yang terlihat begitu sepi dan juga sunyi. Kemudian masuk ke dalam sebuah lift dan memencet salah satu tombol menuju lobby.
Gerlan berjalan cepat menuju ke arah parkiran di mana tempat motornya berada. Melajukan motor itu menuju supermarket yang berjarak tidak terlalu jauh dari apartemen yang sekarang ia tinggali.
Langit pada sore hari ini terlihat begitu gelap. Angin juga terasa berhembus dengan lumayan kencang tidak sama seperti hari-hari biasanya. Sepertinya sebentar lagi rintikan hujan akan turun membasahi jalanan.
Setelah memarkirkan kendaraannya dengan benar ia masuk ke dalam supermarket itu untuk mencari barang yang sedang di butuhkan. Dan tepat setelah Gerlan keluar dari dalam supermarket. Hujan tiba-tiba saja turun dengan begitu deras. Di sertai kilatan petir yang saling bersautan. Seolah-olah sedang saling beradu kekuatan satu sama lain.
Gerlan berdiri beberapa meter dari pintu masuk supermarket. Dengan kantung belanjaan yang berada di genggaman tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana.
Sepertinya ia harus tetap berada di tempat itu sampai hujannya benar-benar berhenti.
Seorang perempuan tiba-tiba saja berlari menuju ke arah Gerlan. Seraya menundukkan pandangannya dalam. Serta salah satu telapak tangannya yang mencoba untuk menutupi wajahnya agar tidak terkena tetesan air hujan.
Gerlan sedikit menggeser tubuhnya ke kanan. Saat perempuan itu sudah berdiri tepat di sampingnya. Sambil mengecek keadaan seragam yang sedang di gunakannya yang sudah tampak lumayan basah. Begitu pula dengan rambut panjangnya yang terlihat lepek
"Kenapa harus hujan sih?" gumam perempuan itu menatap kesal ke arah jalanan yang sedang di guyur oleh hujan deras.
Secara spontan Gerlan langsung menoleh ke arah samping kirinya. Ketika merasa tidak asing dengan suara perempuan itu.
"Nafisha?" panggil Gerlan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kenapa sejak tadi ia tidak bisa mengenali. Jika ternyata perempuan yang berlari ke arahnya adalah kekasihnya sendiri?
Nafisha seketika saja terlonjak kaget. Saat ada seseorang yang menyampirkan sebuah jaket denim ke pundaknya.
"Dalaman lo keliatan," bisik Gerlan tepat di samping telinga Nafisha. Membuat perempuan itu memejamkan matanya selama beberapa detik.
Gerlan kembali berdiri tegak setelah menutupi bagian punggung Nafisha menggunakan jaket denim miliknya.
"Makasih," ucap Nafisha menatap lekat wajah Gerlan dari posisi samping. Sebelumnya ia sama sekali tidak menyangka jika akan bertemu dengan laki-laki itu di tempat dan keadaan yang seperti ini.
"Kak Gerlan kenapa tadi nggak masuk sekolah?" tanya Nafisha dengan pandangan matanya yang menatap lurus ke depan. Ikut melakukan hal yang sama seperti yang sedang Gerlan lakukan.
"Seragam gue ketinggalan di rumah."
"Emangnya semalam Kak Gerlan tidur di mana?" kini tubuh Nafisha benar-benar menghadap ke arah Gerlan. Perempuan itu terlihat masa bodo dengan beberapa orang yang sedang memperhatikannya secara diam-diam.
"Apartemen," ungkap Gerlan melirik sekilas ke arah Nafisha kemudian kembali melihat ke depan.
Beberapa menit kini sudah berlalu. Gerlan dan Nafisha masih setia berdiri di tempat mereka masing-masing. Menunggu hujan deras yang sepertinya sebentar lagi akan segera berlalu. Beberapa orang yang berada di sekitar mereka pun satu persatu mulai pergi menerobos rintikan hujan.
![](https://img.wattpad.com/cover/215055423-288-k300427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...