Part 11. Maaf

1.7K 113 2
                                    

****

"Ger lo nggak bakal ngelupain kita semua kan?" tanya Luky secara tiba-tiba. Mereka berempat kini sedang berjalan berdampingan menuju kantin sekolah.

Selama berada di sekitar koridor banyak sekali siswi-siswi kelas XI maupun kelas XII yang memperhatikan mereka dengan tatapan kagum.

"Kenapa juga gue harus ninggalin lo bertiga?" Gerlan menoleh sekilas ke arah Luky yang berjalan di sampingnya. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

"Sekarang kan lo sudah jadi bagian dari anggota Refour. Pasti lo lebih sering nongkrong sama mereka dari pada sama kita," balas Daniel dengan nada bicara yang di buat sesedih mungkin.

Tanpa aba-aba Gerlan merangkul pundak Luky dan Daniel menggunakan kedua tangannya secara bersamaan. Membuat mereka berdua terkejut dan menatapnya bingung.

"Lo berdua tenang. Gue nggak bakal ninggalin kalian gitu aja walaupun gue sudah gabung di Refour," ujar Gerlan menarik kedua sudut bibrnya membentuk sebuah senyum kecil.

"Bisa senyum juga lo ternyata," ucap Luky keluar dari topik pembicaraan.

"Emang biasanya gue nggak pernah senyum?" tanya Gerlan kepada ketiga temannya.

"Nggak pernah," jawab mereka semua secara bersamaan.

"Lo tuh biasanya lebih sering nampilin muka datar. Saking datarnya tembok aja sampai minder kalau ada di dekat lo," ungkap Daniel melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sama deh lo kayak si Revan."

"Kok jadi gue?" sahut Revan ketika Luky berbicara dengan membawa-bawa namanya.

"Lo berdua kan 11 12. Sama-sama nampilin muka datar. Sama-sama jarang ngomong. Dan sama-sama nggak suka cewek."

"Apa-apaan lo. Gue nggak setuju sama yang ketiga," sela Gerlan.

"Gue juga nggak setuju," tambah Revan mengikuti. Bisa-bisanya Daniel berbicara seperti itu seakan-akan dia yang tahu segalanya tentang dirinya dan juga Gerlan.

"Kalau lo berdua nggak setuju. Kenapa sampai sekarang lo berdua belum juga punya pacar?" tanya Luky.

"Lo pikir cari pacar itu gampang?!" potong Gerlan seraya melepaskan kembali rangkulan tangannya pada kedua pundak temannya itu.

"Gampang. Buktinya sekarang si Daniel pacarnya banyak."

"Lo tahu sendiri kalau dia itu playboy. Jadi jangan samain kita berdua sama dia," ujar Revan menoleh sekilas ke arah Daniel yang berdiri di sampingnya. Sedangkan Gerlan yang mendengar ucapan itu langsung mengangguk setuju.

"Lo salah Ky, pacar gue itu cuma satu. Tapi emang gebetan gue aja yang banyak," jelas Daniel menyombongkan diri.

"CAKEP KALI YA LO."

"Jelas lah," balas Daniel cepat.

Mereka berempat kini memutuskan untuk kembali berjalan menuju kantin. Karena jika di lihat-lihat sudah banyak sekali siswi-siswi yang memperhatikan mereka di sekitar koridor itu.

****

"Sekarang kita mau duduk di mana?" tanya Vania memperhatikan setiap meja kantin yang ternyata sudah penuh di tempati oleh seluruh penghuni SMA Pelita Bangsa. Di tangan mereka masing-masing kini terdapat sebuah nampan dengan minuman dan makanan yang ada di atasnya.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang