Part 55. Pasangan Baru

193 13 1
                                    

****

Hari ini mungkin saja menjadi hari yang paling menyenangkan bagi orang-orang yang berada di luar sana. Seperti ada yang sedang berulang tahun. Liburan ke setiap daerah di kotanya. Menunggu lahirnya sang buah hati yang selama ini mereka nantikan. Atau juga mengadakan sebuah pesta pernikahan yang begitu megah.

Tapi tidak dengan seorang laki-laki benama Daniel Frennhuk. Pagi ini dia sudah harus berada di rumah sakit untuk memenuhi panggilan Dokter yang merawat Marina. Padahal seharusnya dia kini sudah menginjakkan kakinya di sekolah seperti hari-hari sebelumnya.

Dengan seragam SMA Pelita Bangsa yang melekat sempurna di tubuhnya. Dan juga tas ransel yang di sampirkan di pundak kanannya. Daniel berjalan menelusuri lorong rumah sakit yang masih tampak begitu sepi.

Pikirannya kembali teringat pada kata-kata Dokter Jordi beberapa menit yang lalu. Saat mereka berdua berada di sebuah ruangan yang menjadi tempat kerja Dokter itu. Ternyata tujuan Daniel di panggil ke rumah sakit adalah untuk memberitahu laki-laki itu. Jika keadaan Marina kini semakin hari semakin bertambah buruk.

Dan mereka harus secepatnya melakukan operasi Bypass jantung. Untuk mengatasi penyumbatan ataupun menyempitan pembuluh darah arteri koroner. Pada pasien yang memiliki penyakit jantung koroner.

Namun uang yang saat ini berhasil Daniel kumpulkan. Masih belum cukup untuk para Dokter bergerak melakukan operasi itu. Sedangkan Daniel tidak mau jika ada hal buruk yang terjadi pada Marina. Sekarang di mana lagi ia bisa mendapatkan uang lima puluh juta itu. Agar ia bisa segera menandatangani surat persetujuan operasi.

Daniel menghentikan langkah kakinya tepat di depan ruang ICU. Memperhatikan sosok Marina yang saat ini sedang terbaring lemah di atas brangkar. Dari sebuah kaca besar yang ada di hadapannya. Ia tidak mungkin meminta uang kepada sosok Pratama. Karena dia juga sedang berusaha untuk mengembalikan kondisi perusahaan mereka yang sedang menurun.

Kehidupan Daniel sekarang benar-benar sangat jauh berbeda dari yang sebelumnya. Membuat ia sadar jika kehidupan ini terus berputar seperti roda. Tidak ada lagi uang berjumlah jutaan yang dia dapatkan setiap bulannya. Untuk membeli barang-barang mahal yang saat ini baru ia sadari jika itu semua tidak penting.

****

Gerlan berkali-kali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Memastikan jika ia masih memiliki waktu banyak sebelum akhirnya bel masuk berbunyi. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Memperhatikan setiap murid yang melintas di depannya tanpa melewatkan satu orangpun.

Saat ini Gerlan, Luky, dan juga Revan sedang berdiri di ujung anak tangga menuju lantai tiga. Menunggu kedatangan Daniel yang belum juga tiba di sekolah sejak beberapa menit yang lalu. Padahal biasanya laki-laki itu selalu berpaspasan dengan mereka saat sampai di area parkiran.

Salah satu dari mereka sudah mencoba untuk mencari keberadaan Daniel di beberapa tempat yang ada di SMA Pelita Bangsa. Tapi ternyata dia sama sekali tidak ada di tempat manapun.

"Lihat aja nanti, bakal gue buat babak belur mukanya si Daniel. Bisa-bisanya dia buat kita nunggu kayak gini," gumam Luky seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding di belakangnya.

"Gue harus jadi yang pertama mukul dia," ucap Revan menimpali perkataan Luky beberapa detik yang lalu. Bahkan kini kakinya sudah mulai terasa sangat pegal akibat berdiri dengan waktu yang lama. Ingin rasanya ia duduk dan meluruskan kedua kakinya. Tapi itu sama sekali tidak mungkin karena masih banyak murid yang naik-turun melewati tangga di dekatnya.

"Gue rasa dia nggak bakal datang ke sekolah," cetus Gerlan membuat Luky dan Revan menoleh ke arahnya secara bersamaan. Kenapa laki-laki itu baru mengucapkannya sekarang. Saat mereka sudah sama-sama lelah menunggu kedatangan Daniel.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang