Part 59. Berakhir?

229 16 0
                                    

****

Situasi di sekitar SMA Pelita Bangsa tampak masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Hanya saja ada tampilan wajah baru dari murid kelas X, yang baru saja menjadi bagian dari penghuni sekolah itu. Penampilan mereka terlihat lebih mencolok dari yang lainnya. Dengan seragam putih bersih yang masih kaku serta dasi yang terikat rapih di sekitar kerah seragam.

Di dalam kelas XII IPA 5 terdapat seorang perempuan yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di dalam lembaran buku tulisnya. Memperhatikan benda itu secara teliti dengan pulpen berwarna pink yang menempel di dagunya. Kerutan di dahinya juga beberapa kali sempat terlihat. Bersamaan dengan pikirannya yang mencoba untuk mengingat akan sesuatu hal.

Beberapa minggu lalu Nafisha sudah resmi menjadi Kakak kelas angkatan terakhir di SMA Pelita Bangsa. Namun sayangnya ia harus berpisah dari Aqilla, Davira, dan juga Vania yang mendapatkan kelas berbeda.

Berarti itu artinya ia harus kembali memperkenalkan diri kepada teman-teman yang baru. Dan mencoba beradaptasi dengan mereka yang pastinya memiliki sifat dan karakter berbeda.

Hari ini kelasnya sedang mengadakan ulangan harian yang terbilang sangat mendadak. Bagaimana tidak? Mereka tiba-tiba saja di minta oleh Bu Rima untuk menuliskan soal ulangan yang dia ucapkan melalui lisan. Lalu menyuruh mereka agar segera mengerjakan soal itu selama jam pelajaran masih berlangsung. Tanpa memberi waktu untuk membaca buku terlebih dahulu.

Situasi di dalam kelas XII IPA 5 kini tampak sedikit ricuh. Tepat setelah Bu Rima melangkahkan kakinya keluar kelas tanpa mengucapkan apapun. Mereka semua bangkit dari posisi duduk masing-masing dan berjalan ke sana ke mari. Untuk mencari jawaban yang mungkin saja akan mereka dapat.

Sedangkan Nafisha hanya memperhatikan mereka semua dalam diam. Kemudian kembali sibuk dengan soal yang ada di hadapannya. Ia akan berusaha untuk menjawab soal itu sebaik mungkin dan memasrahkan nilainya di akhir.

"Nafisha!" panggilan itu berhasil menghentikan langkah kaki Nafisha yang baru saja memasuki area kantin. Ia menyapukan pandangannya ke segala arah dan melihat ketiga temannya, yang sudah duduk rapih di salah satu meja yang berada di pojok.

"Kenapa muka lo murung gitu? Kangen sama Kak Gerlan?" tanya Davira di akhiri kekehan pelannya.

"Baru juga kemarin kita kumpul sama mereka," timpal Vania.

"Kayak nggak pernah ngerasin jatuh cinta aja lo," ejek Aqilla seraya menyenggol tubuh perempuan itu yang berada di dekatnya.

Nafisha sama sekali tidak menggubris ucapan teman-temannya itu. Ia masih terdiam di posisinya sambil terus mengaduk minuman miliknya menggunakan sedotan.

"Kak Luky lagi ngapain ya kira-kira di sana," gumam Vania secara tiba-tiba membuat mereka semua yang ada di meja kantin itu langsung menoleh ke arahnya.

Beberapa hari yang lalu mereka memang sempat bertemu bersama Gerlan dan teman-temannya. Tapi laki-laki bernama Luky Anggara itu ternyata tidak bisa bergabung bersama mereka. Karena dia sudah terlebih dahulu terbang keluar negeri. Tanpa sempat bertemu dengan Nafisha, Aqilla, Davira, ataupun Vania.

"Gue perhatiin akhir-akhir ini lo jadi sedikit pendiam. Apa jangan-jangan karena lo terus kepikiran sama Kak Luky?" ungkap Aqilla.

"Ngapain juga gue mikirin dia. Gue cuma ngerasa penasaran aja sama kehidupan di sana."

"Yakin?"

"Plis stop! Kita bahas yang lain aja," sahut Vania mengarahkan jari telunjukknya di hadapan wajah Aqilla.

"Padahal lo sendiri yang mulai," ucap Davira memutar bola matanya malas.

****

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang