****
"Nafisha."
Langkah kaki perempuan itu seketika saja terhenti tepat di anak tangga paling akhir. Ketika mendengar suara seorang laki-laki yang baru saja memanggil namanya. Dengan suara beratnya yang terdengar begitu khas. Nafisha berjalan mendekat ke arah ruang tamu sambil menggenggam erat tali tas yang menggantung di pundak kanannya.
"Kak Dava manggil aku?"
Laki-laki yang memiliki nama lengkap Dava Kalandra itu mengalihkan pandangannya dari leptop ke arah Nafisha, yang sudah berdiri tepat di sampingnya. Dava melihat penampilan Adik perempuannya itu dari atas sampai bawah. Dengan alis yang saling bertautan satu sama lain.
"Kamu mau ke mana?"
"Pergi ke toko buku."
"Sendirian?" tanyanya lagi yang langsung di balas anggukan cepat oleh Nafisha.
"Mau Kakak temenin?" Nafisha menggeleng. "Nggak perlu Kak. Aku bisa pergi sendiri."
"Kamu mau naik apa ke sana?"
Nafisha membuka tas yang di bawanya. Kemudian mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam sana. "Tadi aku sudah sempat pesan taksi online," balasnya.
"Kamu benar nggak mau Kakak temenin?"
Kali ini Nafisha mengangguk. "Taksinya sudah sampai. Kalau begitu aku pergi dulu."
Dava tiba-tiba saja bangkit dari posisi duduknya. Mengusap lembut puncak kepala Nafisha menggunakan salah satu tangannya. "Kamu hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung telepon Kakak."
"Iya, bye Kak." Nafisha melambaikan tangannya kepada Dava. Seraya membawa langkah kakinya keluar dari dalam rumah.
Dava mendekat ke arah jendela kaca berukuran sedang yang berada di samping pintu rumahnya. Salah satu tangannya bergerak menyingkirkan tirai putih yang menutupi jendela itu. Pandangannya menatap lurus ke depan, memperhatikan sosok Nafisha yang baru saja akan naik ke dalam mobil taksi.
Dava menutup kembali tirai putih di hadapannya. Tepat setelah mobil taksi itu melaju meninggalkan pekarangan rumahnya. Ia berjalan kembali menuju ruang tamu dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana.
****
Nafisha melangkahkan kakinya perlahan demi perlahan melewati setiap rak yang ada di dalam toko buku ini. Sambil sesekali membaca judul dari buku yang sedang ia lewati.
"Ini dia," ucapnya seraya memperlihatkan raut wajah bahagia. Ketika mendapatkan judul novel yang sejak tadi ia cari.
Di tangannya saat ini sudah terdapat dua buku pelajaran dan satu buku novel. Ia berniat untuk segera pergi dari sana untuk membayar semua bukunya di meja kasir. Karena jika di ingat-ingat ia sudah hampir dua jam berada di dalam toko buku ini.
Namun baru saja Nafisha akan beranjak pergi dari sana. Seorang perempuan muda tiba-tiba saja menabrak tubuhnya. Membuat semua buku-buku yang ada di tangannya jatuh berserakan begitu saja ke lantai.
"Maaf Kak aku nggak sengaja." Perempuan itu dengan cepat berjongkok untuk merapihkan kembali buku-buku Nafisha yang jatuh karena ulahnya.
"Maaf ya, Kak," ucap perempuan itu untuk yang kedua kalinya. Sambil menyerahkan kembali buku yang ada di tangannya kepada pemiliknya.
"Iya nggak pa-pa. Lain kali kamu hati-hati," balas Nafisha tersenyum ramah.
Perempuan itu mengangguk menatap Nafisha yang berdiri tepat di hadapannya. "Sekali lagi aku minta maaf ya, Kak."
"Iya," sahut Nafisha masih dengan senyum ramah yang menghiasi wajahnya. "Kalau begitu aku duluan."
Nafisha segera pergi dari hadapan perempuan itu. Berjalan menuju meja kasir yang hanya berjarak beberapa meter dari posisinya saat ini.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/215055423-288-k300427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...