****
Sejak rumor tentang Nafisha dan Gerlan berpacaran tersebar luas di kalangan murid-murid SMA Pelita Bangsa. Tatapan sinis dari siswi kelas XII terus menghantui perempuan itu. Ke mana dia pergi pasti tidak luput dari sindiran, yang bilang jika dia sangat tidak cocok jika harus berdampingan dengan Gerlan.
Nafisha mencoba untuk tidak ambil pusing tentang masalah itu. Tapi tepat pada malam kemarin, salah satu sosmed miliknya baru saja di banjiri oleh komentar-kemontar negatif. Membuatnya langsung berpikir apa dia seburuk itu sampai-sampai banyak yang tidak setuju jika dia dan Gerlan berpacaran?
"Sudah lah, Naf. Omongan orang-orang di luar sana nggak perlu lo pikirin. Cuma bisa bikin sakit hati aja." Aqilla mencoba menenangkan Nafisha yang sedang terduduk lesu di kursinya. Perempuan itu sejak tadi hanya diam sambil sesekali mengubah posisi tubuhnya.
Terkadang dia meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menaruh kepalanya di atas lipatan tangan itu. Dan beberapa menit kemudian. Ia mengubah posisi tubuhnya lagi menjadi bersandar pada kursi.
"Yang jalanin semuanya itu lo sama Kak Gerlan. Orang lain nggak ada sangkut pautnya," tambah Vania. Ia merasa gemas sendiri dengan temannya yang satu itu. Karena terlalu memikirkan omongan orang lain yang tidak suka dengan dirinya.
"Gimana kalau gue putus saja sama Kak Gerlan?"
"Lo jangan gila Naf!" sahut Davira tidak sependapat. "Seharusnya lo bisa buktiin ke mereka semua yang sudah jelek-jelekin lo. Kalau lo itu pantas buat jadi pacar Kak Gerlan."
"Benar kata si Davira. Masa lo mau nyerah gitu aja si Naf," ucap Aqilla.
Nafisha yang mendengar ucapan teman-temannya hanya diam. Entahlah ia juga merasa sangat bingung dengan dirinya sendiri. Di satu sisi ia merasa sakit hati karena omongan orang-orang di luar sana. Tapi di sisi lain, ia tidak mau sampai harus meninggalkan Gerlan hanya karena mereka.
"Nafisha," panggil seseorang dari arah luar kelas. Membuat Aqilla, Vania, dan juga Davira yang mendengarnya langsung mengintip lewat jendela. Melihat Gerlan dan teman-temannya yang sedang berdiri di dekat dinding pembatas.
"Di samperin Kak Gerlan tuh. Keluar sana," ucap Aqilla kepada temannya yang masih tidak bergeming.
Nafisha sempat menoleh sekilas ke arah Aqilla. Sebelum melangkahkan kakinya keluar kelas. "Ada apa?" tanyanya kepada mereka.
"Gerlan katanya kangen sama lo," jawab Daniel asal-asalan.
"Masa sih Kak? Kayaknya nggak mungkin deh." Nafisha sempat melirik sekilas ke arah Gerlan yang berdiri di samping tubuh Revan. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke depan.
Nafisha masih merasa sedikit kesal dengan laki-laki itu, yang sama sekali tidak bisa menepati janjinya sendiri. Sore kemarin dia sudah berjanji akan meneleponnya. Tapi nyatanya sampai matahari sudah muncul itu semua tidak terjadi.
"Ada yang nggak beres nih. Ger lo apain si Nafisha sampai bisa ngomong kayak gitu?" tanya Luky penuh selidik.
"Nggak gue apa-apain."
"Kalau misalkan kita di janjiin bakal di telepon sama pacar kita. Tapi ternyata dia malah nggak ada kabar sama sekali. Kita boleh marah nggak?" tanya Nafisha secara tiba-tiba. Membuat Luky dan Daniel yang berdiri tepat di hadapannya merasa bingung harus menjawab apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...