****
Suara deru motor terdengar begitu menggema di area parkiran sekolah. Aksa dan anggota Refour lainnya segera turun dari atas sepeda motor mereka masing-masing. Berjalan masuk ke dalam SMA Pelita Bangsa untuk memenuhi panggilan dari ketua mereka.
Aksa yang berada di barisan paling depan langsung menghentikan langkah kakinya. Ketika melihat ada sekumpulan murid yang sedang berkumpul di sekitar koridor. Hingga memperkecil jalan untuk orang lain bisa lewat.
"Di mana ruang BK?" tepat setelah Aksa bertanya. Murid-murid itu mengarahkan jari telunjuk mereka secara bersamaan ke arah sebuah ruangan yang berada di sisi kanan mereka.
"Lima orang lagi ikut gue masuk ke dalam, yang lainnya tunggu di sini," ucap Aksa kepada teman-temannya.
Semua yang ada di dalam ruangan seketika saja menoleh ke arah pintu masuk yang baru saja di ketuk oleh seseorang. Beberapa saat kemudian sosok Aksa muncul dari balik pintu besar itu. Di ikuti oleh anggota Refour lainnya yang berjalan di belakang.
"Sekarang wakil ketua kita sudah datang. Bapak jadi menyuruh kita untuk membubarkan Refour?" tanya Gerlan kepada Pak Elno yang sejak tadi hanya diam di posisinya.
"Dibubarkan? Tidak, Refour tidak boleh sampai bubar!" sela Aksa yang saat ini sudah berdiri di samping tubuh Luky.
"Jika Gerlan tidak mau membubarkan Refour. Kalian berempat akan saya skors selama sebulan," ancam Pak Elno tidak mempedulikan ucapan Aksa yang tertuju kepadanya.
Gerlan, Luky, Daniel, dan Revan seketika saling menatap satu sama lain. Kemudian setelahnya mereka berempat mengangguk. Dan berdiri dari posisi duduk mereka secara bersamaan.
"Saya memilih untuk tidak membubarkan Refour. Dan menerima hukuman skors yang di berikan oleh Bapak," tegas Gerlan yang di setujui oleh teman-temannya. Sedangkan Aksa tampak begitu terkejut ketika mendengar hal itu.
"Kami permisi." Gerlan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Berjalan terlebih dahulu keluar ruangan dengan langkah kakinya yang lebar.
"Dadah semuanya. Sampai bertemu lagi di bulan depan," celetuk Luky seraya melambaikan tangannya ke arah Pak Elno serta guru-guru yang ada di sana. Jangan lupakan senyum menjengkelkan yang terbit di kedua sudut bibirnya itu.
"Ingin saya tambahkan hukuman kamu?!" seru Pak Elno membuat Luky menurunkan tangannya. Dan segera berlari keluar ruangan yang ternyata hanya ia seorang diri yang masih tersisa di sana.
Seluruh pandang mata seketika langsung tertuju kepada Gerlan yang sedang berjalan melewati koridor. Di ikuti oleh sekumpulan orang yang mengenakan jaket Refour.
Di pundak kanan Gerlan, Luky, Daniel, dan Revan terdapat masing-masing tas ransel yang di sampirkan di sana. Sepertinya mereka sudah tidak tahan lagi berada di sekolah itu. Padahal bel pulang masih akan berbunyi beberapa jam lagi.
"Uang yang bakal kita sumbangkan untuk panti asuhan sudah terkumpul. Kapan kita mau menyerahkannya?" Aksa menoleh sekilas ke arah Gerlan yang berjalan di sampingnya. Kemudian kembali melihat ke depan.
"Kita serahkan hari ini," sahut Gerlan tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
****
Kabar tentang Gerlan dan teman-temannya di skors seketika langsung menyebar di seluruh penjuru SMA Pelita Bangsa. Kini sudah lebih dari dua minggu mereka menjalankan masa hukuman itu. Dan sampai sekarang Nafisha masih juga belum bertemu dengan kekasihnya.
Gerlan seperti sedang menjaga jarak darinya. Padahal sebelumnya hubungan mereka masih baik-baik saja. Berkali-kali Nafisha mencoba untuk menemui laki-laki itu. Tapi dia terus saja menghindar hingga tidak bisa di hubungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
Roman d'amourGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...