****
Bel istirahat baru saja akan berbunyi beberapa menit lagi. Tapi sebagian murid di kelas XII IPA 1 sudah berlomba-lomba untuk segera keluar dari dalam kelas mereka.
Tanpa rasa takut akan kepergok oleh guru. Mereka bersama-sama berjalan menelusuri koridor panjang menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong. Namun berbeda dengan Gerlan yang masih setia berada di dalam kelasnya. Bersama Daniel, Revan, dan juga Luky.Dengan kedua kaki yang di naikkan ke atas meja. Gerlan terlihat begitu santai menyandarkan tubuhnya di kursi yang berada tepat di samping dinding kelas. Dia terlihat seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Karena sejak tadi dia hanya diam seraya memandang ke arah luar jendela.
Daniel berjalan menuju kursi yang berada di samping laki-laki itu. Lalu tanpa basa basi mendudukkan tubuhnya di sana. "Lo nggak pergi ke kantin?"
Gerlan menggeleng singkat. Tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari objek yang ada di luar sana. "Lo aja bertiga. Gue lagi malas."
"Lo lihatin apaan sih, Ger?" tanya Daniel dengan nada suara yang begitu penasaran. Membuat Gerlan yang mendengar hal itu akhirnya menoleh. "Ada sesuatu di luar?"
"Nggak ada apa-apa."
Daniel tiba-tiba saja bangkit dari kursinya dan langsung mendekatkan kepalanya ke arah jendela. Memastikan apa sebenarnya yang sedang di lihat oleh Gerlan sejak tadi di luar sana.
"Ada apa?" tanya Luky seraya memperhatikan gerak-gerik temannya itu. Daniel menoleh ke arah Luky yang sedang duduk di sebrangnya kemudian menggeleng.
"Gue tadi sudah bilang sama lo. Nggak ada apa-apa!" timpal Gerlan bergerak cepat menyingkirkan tubuh Daniel yang sejak tadi menghalangi wajahnya. Hingga dia kembali terduduk di kursi yang berada tepat di sampingnya.
Gerlan menurunkan perlahan kedua kakinya dari atas meja. Bangkit dari posisi duduknya seraya menggulung lengan pendek seragamnya.
"Lo mau ke mana?" tanya Revan kepada Gerlan yang baru saja akan melangkahkan kakinya pergi keluar kelas.
"Gue mau ke toilet. Lo bertiga duluan aja ke kantin, nanti gue nyusul." Dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Gerlan berjalan keluar dengan langkah lebarnya. Meninggalkan ketiga temannya yang masih setia berada di dalam kelas.
****
"Permisi Kak," ucap Nafisha seraya menundukkan pandangannya.
"Mau ke mana cantik?"
"Permisi. Saya mau lewat."
"Sudah, mending lo ikut kita bertiga aja ke kantin."
"Akhirnya, gue bisa makan di temenin cewek cantik kayak lo."
Dengan kedua tangan yang di penuhi oleh tumpukan buku pelajaran. Nafisha mencoba untuk pergi dari hadapan ketiga murid laki-laki itu, yang sejak tadi terus saja menghalangi jalannya.
Bu Dian selaku guru IPA kelas XI. Baru saja menyuruh Nafisha untuk mengembalikan buku-buku itu ke perpustakaan. Tapi sialnya ia harus terlebih dahulu melewati koridor kelas XII untuk bisa sampai di tempat yang ingin di tuju.
Sekarang Nafisha jadi menyesal karena sudah menolak tawaran teman-temannya tadi. Padahal mereka sudah berbaik hati mau mengantarkannya sampai ke perpustakaan sekolah.
Nafisha diam-diam memperhatikan situasi di sekitarnya. Membuat ia baru menyadari jika koridor ini benar-benar terlihat begitu sepi. Dan hanya ada dirinya serta tiga laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...