****
Satu minggu tidak terasa sudah berlalu begitu cepat. Selama itu pula Nafisha merasa jika semuanya berjalan baik-baik saja. Tidak ada lagi masalah sulit yang ia hadapi seperti minggu-minggu sebelumnya. Terlebih lagi Gerlan kini sudah kembali pulang ke rumah orang tuanya. Nafisha benar-benar tidak menyangka jika ucapannya waktu itu dapat langsung meluluhkan hati Lovata.
Siang ini Nafisha, Gerlan, dan juga yang lainnya terlihat sedang duduk di salah satu meja yang ada di dalam kantin. Menunggu pesanan mereka yang belum juga di antar sejak beberapa menit yang lalu.
Sebagian murid SMA Pelita Bangsa sepertinya sudah mulai melupakan tentang perbuatan keji yang di lakukan oleh Gian. Karena sejak beberapa hari yang lalu tidak ada lagi yang mengatai Gerlan sebagai anak seorang pembunuh. Tidak ada lagi hasutan-hasutan yang menyuruh Nafisha untuk memutuskan hubungannya dengan Gerlan.
Seorang wanita paruh baya datang menghampiri meja Nafisha dan teman-temannya yang berada di pojok. Dengan membawa makanan serta minuman untuk ke delapan orang itu.
"Siapa Mbok?" tanya Daniel memperhatikan seorang perempuan muda yang datang bersama Mbok Eva.
"Dia Rina anak Mbok," balas Mbok Eva menggerakkan salah satu tangannya untuk mengelus rambut panjang Rina yang tergerai bebas hingga sebatas punggung.
"Anaknya cantik ya Mbok. Gimana kalau di jodohin aja sama saya?" tepat setelah Daniel mengucapkan kalimat itu. Tiba-tiba saja kepalanya mendapatkan sebuah pukulan kencang dari sebuah sendok besi yang ada di genggaman tangan Luky.
"Apaan si lo?!" Daniel langsung menoleh ke arah Luky yang duduk di sampingnya dengan raut wajah yang terlihat begitu kesal. Bagaimana tidak? Bisa-bisanya laki-laki itu memukul kepalanya mengunakan sendok besi yang begitu tebal.
"Gue cuma mau kasih tahu. Kalau lo masih punya Olive," ucap Luky mengganti sendok yang ada di genggaman tangannya dengan sendok yang baru.
"Loh bukannya Kak Daniel sama Kak Olive sudah putus?" sela Vania seingatnya Daniel sekarang sedang dalam status sendiri. Akibat di putusi oleh Olive beberapa minggu yang lalu.
"Sudah balikan," ungkap Luky.
"Kok Kak Olive mau sih," gumam Vania dari tempat duduknya. Davira dan Aqilla yang kebetulan sedang duduk di sisi kanan serta kiri perempuan itu. Seketika saja menoleh dan langsung mencubit punggung tangan Vania hingga membuatnya merintih kesakitan.
"Tadi lo ngomong apa?" tanya Daniel ketika tidak mendengar jelas apa yang tadi Vania ucapkan.
"Hah? Nggak ngomong apa-apa kok, Kak."
Nafisha memperhatikan sosok Rani yang sedang berdiri di samping tubuh Mbok Eva. Sejak tadi perempuan itu hanya diam di tempatnya. Sambil sesekali tersenyum dan menundukkan kepalanya malu. Nafisha yang merasa penasaran pun mencoba untuk mengikuti arah pandang Rani yang ternyata tertuju kepada Gerlan.
Namun sepertinya laki-laki itu sama sekali tidak sadar jika sedang di perhatikan. Karena dia sedang sibuk dengan ponsel yang ada di genggaman tangannya.
Kenapa Nafisha jadi merasa sangat tidak nyaman. Jika Rani terus saja memperhatikan wajah Gerlan secara intens seperti itu. Apa dia sedang di landa rasa cemburu?
"Lo kenapa?" tanya Gerlan sadar jika ada yang berbeda dari raut wajah Nafisha. Perempuan itu hanya menggeleng sambil menampilkan senyum kecilnya.
Gerlan tanpa sangaja melihat ke arah Rani yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya. Sepertinya ia tahu apa yang sekarang sedang terjadi.
Gerlan tiba-tiba saja menarik tubuh Nafisha mendekat ke arahnya. Hingga membuat perempuan itu terkejut selama beberapa saat. Kini posisi tubuh mereka berdua benar-benar terlihat menempel tanpa adanya sela sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...