Part 23. Balas Dendam

955 81 9
                                    

****

Gerlan berlari menelusuri koridor rumah sakit bersama Nafisha yang berada di sampingnya. Beberapa menit yang lalu Lovata baru saja menelepon dirinya. Dan bilang jika Gian mengalami kecelakaan.

Padahal sebelumnya ia ingin mengajak Nafisha pergi ke rumahnya untuk bertemu dengan Amanda. Tapi karena mendapatkan kabar kecelakaan itu ia langsung merubah tujuannya menjadi ke rumah sakit. Awalnya ia tidak ingin mengajak Nafisha pergi ke sana. Tapi perempuan itu terus saja memaksa untuk ikut.

Gerlan membuka perlahan pintu ruangan yang ada di hadapannya. Membawa langkah kakinya masuk ke dalam sana. Pandangannya seketika saja tertuju pada sosok Gian yang sedang terbaring lemas di atas brangkar.

"Papah kenapa bisa kecelakaan Ma?" tanya Gerlan kepada Lovata yang sedang berdiri di samping brangkar suaminya.

"Semalam mobil Papah kamu tidak sengaja menabrak truk saat di jalan. Dan sepertinya saat itu dia sedang berkendara dalam pengaruh alkohol," jelas Lovata.

Gerlan menyandarkan tubuhnya pada dinding yang berada tepat di belakang tubuhnya. Kenapa Papahnya tidak pernah berhenti untuk meminum minuman seperti itu. Apa dia harus terlebih dahulu mengalami hal seperti ini baru akan berhenti?. Ia memang benci dengan Gian tapi ketika melihatnya dalam keadaan yang seperti sekarang. Hati kecilnya tidak bisa lagi di bohongi jika ia memang khawatir dengan keadaan Papanya.

Nafisha memperhatikan semua orang yang sedang berada di dalam ruangan itu. Namun tubuhnya seketika saja menegang ketika melihat wajah pria yang sedang terbaring lemas di atas brangkar. Perlahan langkah kakinya mundur ke belakang dengan salah satu telapak tangannya yang menutupi mulutnya rapat.

"Lo kenapa?" tanya Gerlan ketika melihat Nafisha yang seperti orang ketakutan. Lovata dan Amanda yang mendengar itu seketika langsung menoleh ke arah Nafisha secara bersamaan. Kini mereka baru menyadari jika sejak tadi Gerlan tidak datang seorang diri melainkan bersama seorang perempuan.

Kedua mata Gian terbuka secara perlahan dan saat itu juga pandangannya dengan Nafisha bertemu. Mata sayu itu terlihat menyeramkan bagi Nafisha yang melihatnya.

Tangan kanan Gian bergerak menyingkirkan alat pernapasan yang manutupi hidung serta mulutnya. "Dylan."

"Dylan siapa Pa?" tanya Amanda yang sudah bangkit dari posisi duduknya. Berjalan mendekat ke samping tubuh Lovata.

Gerlan terlihat sangat kebingungan di tempatnya. Kenapa Gian menyebutkan nama Dylan ketika melihat wajah Nafisha. Sebenarnya siapa laki-laki yang baru saja di sebutkan oleh Papanya tadi? Serta ada hubungan apa laki-laki itu dengan Nafisha dan juga Gian?

Nafisha tiba-tiba saja berbalik. Membuka pintu ruangan Gian dan langsung pergi begitu saja dari dalam sana tanpa mengucapkan apapun lagi. Gerlan yang melihat itupun segera berlari mengejar Nafisha keluar ruangan.

"Lo mau ke mana?" Gerlan mencekal salah satu pergelangan tangan Nafisha. Hingga membuat perempuan itu menghentikan langkah kakinya.

"Aku mau pulang," balas Nafisha dengan suara yang terdengar begitu serak. Sepertinya dia sebentar lagi akan manangis terlihat dari kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Gue yang antar lo pulang." tangan yang sebelumnya mencekal kini berubah menjadi sebuah genggaman erat.

"Aku bisa pulang sendiri."

"Lo datang ke sini sama gue. Berarti lo pulang juga harus sama gue," tegas Gerlan mengajak Nafisha berjalan menuju motornya yang terparkir di depan rumah sakit.

GERLAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang