****
"Lo lagi ada masalah apa sama Nafisha?" tanya Revan.
Saat ini mereka berempat sedang duduk di salah satu meja kantin yang berada di paling pojok. Sedangkan Nafisha dan teman-temannya duduk di meja yang hanya berjarak beberapa meter saja dari tempat mereka.
Gerlan mengaduk perlahan jus jeruk miliknya menggunakan salah satu tangannya. Meminum jus itu hingga tersisa setengah kemudian meletakkannya kembali ke atas meja yang berada di dekatnya.
"Gue juga nggak tahu," sahut Gerlan pandangannya tidak sengaja melihat ke arah Nafisha yang sedang duduk membelakanginya. Ia pikir setelah mengetahui jika Gian dan Dylan dulunya berteman baik. Nafisha akan bersikap seperti biasa lagi padanya tapi ternyata itu salah.
Sepertinya ada beberapa hal lagi yang harus cepat-cepat di cari dan di tuntaskan. Agar ia bisa mengerti apa sebenarnya yang sudah membuat Nafisha berlaku aneh seperti ini padanya.
"Gue dengar-dengar beberapa hari yang lalu Om Gian masuk rumah sakit. Itu benar?" tanya Luky mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia hanya ingin memberikan privasi kepada Gerlan. Tentang masalah yang terjadi dengan Nafisha.
Gerlan mengangguk singkat. "Bokap gue terlibat kecelakaan mobil. Jadi dia harus di rawat di rumah sakit," ungkapnya.
"Sekarang gimana keadaannya?" tanya Daniel.
"Sudah lebih membaik."
Makanan yang sebelumnya sudah di pesankan oleh Daniel akhirnya datang. Mereka pun mulai menyantap makanan itu dengan lahap. Sebelum bel istirahat berakhir beberapa menit lagi.
"Ada sesuatu yang mau gue kasih tahu ke kalian soal bokap gue," ujar Gerlan secara tiba-tiba. Membuat Luky, Daniel, dan Revan yang mendengarnya langsung menghentikan kunyahan yang ada di dalam mulut mereka.
"Apa?" tanya ketiga laki-laki itu secara bersamaan.
Panggilan kepada Gerlan Mauriz, kelas XII IPA 1 di mohon untuk segera datang ke ruang kepala sekolah sekarang juga.
Gerlan yang baru saja akan membuka suaranya kembali terdiam. Saat mendengar suara seorang guru yang menyebutkan namanya dari speaker sekolah. Murid-murid yang berada di kantin seketika langsung menoleh ke arah tempat duduk Gerlan. Setelah mendengar suara pengumuman yang meminta laki-laki itu untuk segera datang ke ruangan kepala sekolah.
"Lo abis bikin masalah Ger," tebak Daniel dengan raut wajah yang lumayan terkejut. Pasalnya selama bersekolah di sini Gerlan tidak pernah sekali pun di minta untuk datang ke ruangan kepala sekolah. Bahkan sampai di buat pengumuman seperti tadi.
Gerlan menggeleng sebagai jawaban. Kemudian ia bangkit dari posisi duduknya dan meninggalkan makanannya yang masih tersisa banyak.
"Kayaknya gue nggak bisa kasih tahu semuanya di sini. Pulang sekolah lo semua temuin gue di rooftop. Sekarang gue mau selesain masalah gue dulu," tutur Gerlan pandangan laki-laki itu sejak tadi tidak pernah lepas dari Nafisha yang juga sedang melihat ke arahnya.
Gerlan mengeluarkan dompet miliknya dari dalam saku celana. Mengambil beberapa lembar uang dari sana lalu meletakkannya di atas meja. "Tolong bayarin pesanan gue," ucapnya.
"Iya. Sudah lo tenang aja," balas Luky.
Gerlan segera melangkahkan kakinya pergi dari sana. Berjalan menuju ruangan kepala sekolah yang berada di lantai dua.
"Kak Gerlan kenapa bisa di panggil ke ruang kepala sekolah?" bisik Davira kepada Nafisha yang sedang duduk di sampingnya.
"Mana gue tahu," sahut Nafisah setelah berbalik dan kembali menyantap makanannya yang sempat tetunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...