****
"Kak Gerlan," panggil seorang perempuan dengan suara yang begitu lantang.
Perempuan bernama Amanda Nafiza itu berdiri. Seraya memandang lurus ke arah lapangan basket berukuran sedang yang berada tepat di hadapannya. Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat jelas sosok Gerlan yang sedang sibuk mendrible bola basket di tangan kanannya.
Laki-laki itu terlihat begitu lihai memainkan bola basketnya. Tanpa menghiraukan rambutnya yang sudah tampak basah akibat keringat. Begitu pula dengan kondisi kaos hitam yang sedang di kenakannya.
Gerlan menoleh sekilas ke arah Amanda. Kemudian kembali melihat ke depan untuk memasukkan bola basketnya ke dalam ring. "Kenapa?" tanyanya.
"Berhenti dulu Kak. Aku mau ngomong sesuatu." Amanda melangkah mendekat ke arah Gerlan. Berdiri tidak jauh dari posisi laki-laki itu.
Gerlan menghembuskan nafas kasarnya. Menoleh malas ke arah Amanda dengan bola basket yang ada di tangannya.
"Kenapa?"
"Temenin aku ke toko buku."
"Nggak," sahut Gerlan tanpa berpikir lama. Ia dengan cepat membalikkan tubuhnya menjadi membelakangi Amanda. Kembali sibuk memainkan bola basketnya tanpa menghiraukan Amanda yang masih setia berdiri di tempatnya.
"Ayo dong Kak. Janji deh cuma sebentar."
"Kak Gerlan, plis." Amanda terus memohon kepada Kakak laki-lakinya itu. Bahkan ia tidak segan untuk meraih tangan Gerlan dan menggenggamnya erat.
"Minta Rendy buat temenin kamu," ucap Gerlan memberi usul.
"Rendy lagi pergi sama pacarnya," sahut Amanda dengan nada suaranya yang pelan. Membuat Gerlan yang mendengar hal itu tanpa sadar menarik salah satu sudut bibirnya.
"Ayo dong Kak. Besok bukunya sudah harus di kumpulkan."
"Aku bilangin ke Mama nih. Kalau Kak Gerlan nggak mau temenin aku ke toko buku," tambahnya penuh ancaman.
Gerlan seketika langsung menoleh ke arah Amanda. Menatap Adik perempuannya itu dengan raut wajah datarnya.
"Kalau Kak Gerlan nggak mau temenin aku nggak pa-pa kok. Entar aku tinggal bilang ke Mama. Kalau Kak Gerlan semalam nggak pulang ke rumah." Amanda melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap Gerlan seraya menaik turunkan salah satu alisnya.
"Ck. Awas ya kamu." Gerlan melempar bola basket yang ada di tangannya ke sembarangan arah. Melangkah masuk ke dalam rumah sambil melepas asal kaos hitam yang sedang di kenakannya. Hingga hanya menyisahkan celana pendek selutut.
Sedangkan Amanda yang saat ini di tinggal seorang diri di lapangan tampak tersenyum senang. Akhirnya ia bisa berhasil membujuk Kakak laki-lakinya itu. Agar mau mengantarkannya ke toko buku.
****
Gerlan keluar dari dalam kamarnya dan tidak lupa untuk menutup pintu kamar itu kembali. Berjalan perlahan menuruni anak tangga menuju lantai satu. Pakaian yang di kenakan oleh laki-laki itu terlihat begitu simpel. Dengan kaos putih polos, celana jeans hitam, dan sepatu vans yang berwarna senada dengan celananya.
"Naik motor, Kak?" tanya Amanda memperhatikan Gerlan yang sudah bersiap untuk naik ke atas sepeda motornya.
Gerlan yang baru saja ingin memakai helm seketika menghentikan gerakannya. Melihat ke arah Amanda yang berdiri tepat di sampingnya. "Kenapa? Kamu nggak mau kalau kita naik motor?"
"Mau kok Kak."
Amanda segera naik ke atas sepeda motor sport itu, setelah di berikan aba-aba oleh Gerlan. Sedetik kemudian motor itu pun melaju dengan kecepatan sedang. Meninggalkan pekarangan rumah menuju toko buku yang ingin Amanda kunjungi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...