3.2

10.2K 607 17
                                    

Bagian 3.2 ; 'jangan pergi'

Ibarat kertas, sekali di remukan maka kertas itu tidak akan bisa menjadi utuh seperti sedikala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibarat kertas, sekali di remukan maka kertas itu tidak akan bisa menjadi utuh seperti sedikala.

***

Bell istirahat sudah berbunyi beberapa waktu lalu, Renjani sama sekali tidak masuk ke kelasnya. Gadis itu masih setia memeluk Aska yang baru saja selesai dengan tangisannya, namun masih enggan melepaskan Renjani.

Renjani sudah mencoba berkali-kali bertanya apa yang terjadi pada lelaki itu namun Aska sama sekali tidak membuka suaranya. Pertama kalinya Aska menangis di tempat umum bisa Renjani yakini masalahnya bukan sekedar masalah biasa.

Tangan Renjani mengelus lembut kepala Aska, terus membisikan kata-kata penenang. Bahu serta lehernya sudah sangat basah karna Air Mata Aska, mungkin bercampur dengan ingus lelaki itu. Renjani sudah pasrah, ia sudah membujuk dengan segala cara agar Aska melepaskan pelukannya sebentar namun lelaki itu masih setia dengan posisinya, menghiraukan Renjani.

Lelaki itu masih sesegukan dengan nafas yang sepertinya susah karna hidungnya yang tersumbat sehabis menangis.

Dengan gerakan pelan Aska melepaskan pelukannya, menundukkan kepalanya. Matanya bengkak memerah dengan hidung yang sama merahnya.

Renjani mengusap lembut sisa-sisa airmata di pipi lelaki itu, Aska hanya diam tanganya masih bertengger di pinggang Renjani, mencengkeram ujung seragam gadis itu.

"Mau pulang," ucap Aska pelan dengan nada serak.

"Renjani mau pulang!" ulang Aska lebih keras, mengcengkeram erat ujung seragam Renjani.

"Sabar ya, masa baru istirhat pertama pulang." Renjani terlalu bingung, bagaimana bisa pulang seenaknya.

Aska terdiam, kepalanya menunduk dalam tanganya semakin erat mencengkeram ujung seragam Renjani. membuat Renjani panik, kenapa Aska kembali diam.

Bagaimana caranya mereka pulang, Renjani tidak bisa menyetir mobil, dan membiarkan Aska menyetir di kondisi seperti ini tentu ide buruk, belum lagi pagar pasti sudah ditutup rapat dengan satpam menjaga. Renjani tidak punya pengalaman mebolos.

Aska dan teman-temannya biasanya akan melompat pagar belakang jika ingin bolos keluar Sekolah namun kendaraan mereka memang sudah diletakan di luar gerbang, sementara tadi pagi jelas Aska memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.

"Sini peluk lagi." Renjani merentangkan kedua tanganya.

Aska menatap Renjani pelan segera menumbruk tubuh Renjani, tanganya melingkar di pinggang Renjani erat. Sesegukannya sedikit mereda namun matanya jelas masih membengkak.

"Kamu kenapa hm?" tanya Renjani lembut

Aska bungkam menggelengkan kepalanya pelan di leher Renjani. "Jangan tinggalin gue Renjani" ucap Aska dengan nada bergetar serak

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang