4.4

9.9K 550 14
                                    

bagian 4.4 ; putus?

Masalah itu selalu beriringan dengan hidup manusia, jadi ga perlu khawatir. Semua masalah pasti selesai dengan caranya sendiri, di waktu nya sendiri.


***

Aska menggenggam tangan Renjani penuh kehati-hatian, mengelus lembut tangan dingin gadis itu. Sudah genap 2 minggu gadis itu terlelap, dan genap 2 minggu pula Aska mungkin hampir gila Rasanya.

Aska memandangi wajah damai Renjani yang tengah memejamkan matanya itu, beberapa lecet di wajah pucatnya sudah benar-benar mengering.

Lelaki itu kembali termenung beberapa saat, ia bingung harus berbuat apa, mungkin ini rekor Renjani bisa membuat Aska sekacau ini. Tanganya terulur mengelus lembut pipi Renjani. Begitu hati-hati seakan hanya dengan sentuhannya Renjani bisa terluka.

Ia sudah menyelesaikan semua kesalah pahaman tentang Renjani,  ia yakin keluarga gadis itu juga sudah mendengar beritanya mengingat Narendra semakin gencar memaksa Aska untuk memberitahu dimana Renjani.

"Renjani lo ga mau kasih Penjelasan ke gue? Gue mau dengerin Renjelasan lo, gue janji ga bakal marah apapun Penjelasan lo, ayo bangun, gue kangen."

"Lo tahu, gue ga pernah masuk Sekolah, ayo bangun omelin gue supaya gue masuk Sekolah."

"Gue juga jarang mandi, jarang makan, gue ga pernah tidur Renjani, ayo bangun marahin gue!"

"Gue udah temuin siapa pelakunya, lo gamau marahin pelakunya? Ayo kita marahin bareng-bareng."

"Gue mohon Renjani, ayo bagun!"

"Ayo bangun," Aska semakin erat mencengkeram tangan Renjani, dengan suara yang semakin melemah, berbisik.

"Gue hampir gila Renjani!" Aska menelungkupkan kepalanya di lengan Renjani. Lelaki itu terlampau Frustasi. Dadanya begitu sesak.

"Aska,"

Aska tersentak, segera mendogakkan kepalanya mendengar suara lemah memanggilnya, menatap tak percaya gadisnya yang kini sudah membuka matanya, lelaki itu segera menekan tombol merah diujung ranjang.

Aska menatap lembut Renjani, matanya memerah menahan Air mata, Renjani sudah bangun, membuka matanya, gadis itu menatapnya. Rasanya Aska ingin segera memeluk Renjani namun selang-selang  di tubuh Renjani membuatnya mengurungkan niatnya, lebih memilih mengelus lembut pipi gadis itu.

"Renjani, sayang," ucapnya lembut dengan tatapan penuh haru.

Aska tersenyum lembut, ia begitu lega saat ini, seperti ada beban seribu ton yang terangkat dari bahunya.

Dokter dan Perawat masuk, membuat Aska terpaksa harus keluar. Teman-temannya yang baru datang, menatap heran Aska yang tengah mondar-mandir di luar Ruangan, "Lo ngapain?" tanya Bobby.

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang