5.7

10.3K 582 4
                                    

Bagian 5.7 ; Bersamamu

"Ayo kita cari bahagia itu bareng-bareng"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo kita cari bahagia itu bareng-bareng"

***

Renjani tengah mengobati lebam-lebam di wajah Axiel, sesekali gadis itu meringis ikut merasa nyeri. Ia sudah berusaha membujuk Aska supaya Axiel dibawa ke Rumah Sakit saja namun lelaki itu justru berniat melempar Axiel keluar Apartemen, membiarkan Axiel yang tidak bisa bergerak untuk ke Rumah Sakit sendiri. Bahkan lelaki itu tadi sudah mengangkat kasar tubuh tak berdaya Axiel, membuat Renjani panik.

Tentu opsi paling benar dikondisi saat ini adalah mengobati sendiri. Meski sendari tadi Renjani merasa punggungnya begitu panas ditatap tajam Aska.

Aska duduk di bekalang tubuh Renjani, dengan tatapan tajamnya, bahkan dahinya kini mengkerut kesal. "Dasar nyusahin! Biang kerok!!" ketus Aska menatap sengit Axiel.

"Diem deh!" sahut Renjani tanpa menolehkan kepalanya.

Aska mendegus keras, melipat tanganya di depan dada. Mengalihkan tatapannya, lelaki itu lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajah Axiel yang begitu menyebalkan di matanya. Ia masih sangat ingin melempar Vas ke kepala Axiel.

"Sakit ya?" tanya Renjani pelan, menatap Axiel sekilas.

"Kenapa?" Axiel menatap Renjani penuh kebingungan, suara lelaki itu begitu pelan. Renjani bahkan sedikit terkejut, sebenarnya bagaimana Aska bisa membuat anak orang sampai seperti ini.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo ngobatin gue? Kenapa lo dorong Aska yang mau lempar vas?"

"Karna Renjani ga kaya lo yang anak setan! Goblok!" Aska menunjuk-nunjuk wajah Axiel penuh emosi, jika Renjani tidak duduk di tengah keduanya, Aska pasti sudah melayangkan pukulannya sekarang.

Renjani menolehkan kepalanya menatap Aska kesal, telunjuk nya terangkat di depan mulut "Ssstt Diem!"

Aska kembali mendegus kasar, tanganya meraih ponsel di atas meja. Menuruti mau Renjani yang menyuruhnya diam.

"Harusnya lo marah sama gue, harusnya lo balas dendam." Axiel kembali berucap pelan. Menundukan kepalanya.

"Siapa yang bilang aku ga marah?" jawab Renjani santai, tanganya meraih obat-obatan yang berserakan, menyusunnya kembali ke tempatnya. "Tapi aku sadar diri, emang wajar kamu benci aku," lanjut gadis itu, menatap lurus Axiel.

"Tapi aku ga nyangka kamu sampai jebak aku kaya gini, harusnya kamu ngomong aja, pasti aku pergi dari Keluarga kamu kok."

"Udahlah mending lo balik sana!" Aska kembali berucap, menatap jengah Axiel. Lelaki itu menarik pinggang Renjani agar mendekat ke arahnya.

"Maaf," ucap Axiel pelan.

Renjani hanya diam, mengalihkan tatapannya, memilih menatap wajah kesal Aska.

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang