3.5

10.4K 576 14
                                    

Bagian 3.5 ; perihal cinta

Orang yang pernah membuat jantungmu berdebar hebat dan hati mu berbunga-bunga hingga akhirnya menjadi sesak tiada tara, orang itu sudah punya rumah tersendiri di hatimu, lantas bagaimana bisa otakmu terus berteriak untuk mengusirnya dari rumahnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang yang pernah membuat jantungmu berdebar hebat dan hati mu berbunga-bunga hingga akhirnya menjadi sesak tiada tara, orang itu sudah punya rumah tersendiri di hatimu, lantas bagaimana bisa otakmu terus berteriak untuk mengusirnya dari rumahnya?

***

Renjani termenung di kelasnya, bell istirahat sudah berbunyi beberapa saat lalu, gadis itu tengah asik dengan lamunannya sampai tidak menyadari laki-laki yang hampir gila memikirikannya tengah duduk di sampingnya, menatapnya penuh kekesalan.

"Lo ngapain masih disini?!"

Renjani terlonjak kaget, menolehkan kepalanya ke samping. Baru menyadari Aska tengah menunjukan wajah penuh kekesalan. "Eh kamu" ucap Renjani kikuk.

"Gue udah nunggu di kantin!" ucapnya dengan wajah garang.

"Eh, aku ga laper"

"Gue yang laper!"

Aska menarik Renjani keluar, mengandengnya lembut menuju kantin, namun tidak dengan wajahnya. Lelaki itu masih menekuk wajahnya. "Kamu kenapa?" tanya Renjani setelah mereka duduk

Dimeja sudah ada 2 mangkuk bakso dan 2 gelas es teh, mungkin Aska sudah menyuruh temannya lebih dulu membelikan.

Aska memakan baksonya dengan mata menatap Renjani seakan Renjani akan hilang jika lelaki itu mengalihkan tatapannya.

"Kamu mau apa?" tanya Renjani, gadis itu berpikir mungkin Aska terus memandanginya karna ingin suatu hal.

"Lo"

"Hah?"

"Gue mau lo!" jawabnya ketus, matanya semakin tajam menatap Renjani.

Lelaki itu masih belum ikhlas Renjani pindah, ia ingin Renjani kembali ke Apartemennya, tinggal bersamanya, 24 jam bersamanya.

"Kamu kan udah punya aku," jawab Renjani santai, menyuapkan bakso ke mulutnya.

Aska mendegus kasar, mengalihkan tatapannya ke segala arah. Rasanya ia ingin memukul sesuatu.

Ia sempat memikirkan skenario pura-pura mendiami Renjani namun ia sendiri yang akhirnya tersiksa. Ia ingin marah, memaki Renjani namun ia takut ditinggalkan, Aska bingung harus melakukan apa.

Renjani menggapai tangan Aska diatas meja, menggenggamnya erat. "Aku ga akan kemana-mana Aska, aku masih disini," ucapnya lembut. Aska kembali menghembuskan nafas kasar, membalas genggaman tangan Renjani.

Keduanya tak sadar ada sepasang mata yang menatap mereka penuh rasa iri, Manda menatap Renjani dengan penuh kebencian. Renjani merebut Askara darinya. Ia sudah menghabiskan waktunya untuk memikirkan Aska, bahkan menolak ajakan setiap lelaki yang mengajaknya berpacaran karna Aska.

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang