3.4

9.8K 570 12
                                    

Bagian 3.4 ; bisa-bisanya'

bisa-bisa nya kamu yang merusak diri kamu sendiri lalu memohon ke tuhan untuk menyembuhkan sakit yang kamu buat sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bisa-bisa nya kamu yang merusak diri kamu sendiri lalu memohon ke tuhan untuk menyembuhkan sakit yang kamu buat sendiri

***

Renjani tetap diam setelah kejadian beberapa waktu lalu, gadis itu tengah mengeringkan rambut Aska. Lelaki itu merengek meminta Renjani mengeringkan rambutnya setelah mandi tadi.

"Maaf," ucap Aska pelan, kedua tanganya bertengger di sisi pinggang Renjani.

Renjani tetap bungkam, keadaan berbalik. Tadi lelaki itu tengah marah-marah sekarang wajahnya menunjukan raut memelas penuh penyesalan.

"Nanti malem minum lagi sana!" Renjani melangkah menjauh, meletakan handuk di gantungan.

Aska mengikuti Renjani dibelakangnya, bak anak Ayam mengikuti Induknya. "Maaf ihh" Aska kembali merengek, menggapai tangan kanan Renjani.

"Renjani maaf! Jangan tinggalin gue!" Aska menumbruk badan Renjani.

Kepalanya di letakan di bahu kecil Renjani dengan tangan melingkar di perut gadis itu. Renjani masih diam enggan membalas pelukan sang kekasih. Sebenarnya ia tidak marah karna muntahan lelaki itu, Renjani hanya syok sesaat. Namun ia ingin memberi pelajaran ke Aska, berharap lelaki itu kapok dan tidak akan minum-minum lagi.

"Renjani," cicit Aska pelan, mengeratkan pelukannya di pinggang Renjani. Dengan gerakan pelan Renjani membalas, merangkul punggung lebar Aska, mengelus pelan.

"Makanya ga usah minum," ucap Renjani

Aska segera menganggukan kepalanya di leher Renjani, "Iya," jawabnya Cepat.

"Udah lepas!" Renjani mendorong pelan Aska. Namun lelaki itu sama sekali tidak melepaskan pelukannya "Lepas Askara!"

Dengan gerakan tidak ikhlas lelaki itu menjauhkan badannya pelan, tanganya masih bertengger di pinggang Renjani, mencengkeram ujung kaos yang dipakai Renjani, mulutnya mencebik.

"Jangan tinggalin gue," ucapnya menatap Renjani penuh harap.

"Duduk yuk, aku jelasin"

"Ga mau! Jangan tinggalin gue Renjani!" Aska mencengkeram lebih erat ujung kaos Renjani, tatapanya berubah menjadi tajam

"Aku ga tinggalin kamu Aska! Astaga!" Renjani mengelus dadanya pelan, mencoba sabar dengan tingkah lelaki itu

"Ga-"

"Diem! Dengerin! Aku cuma pindah! Pindah! Kamu bisa ketemu aku setiap hari! Bahkan setiap waktu! Kapanpun! Emang ada yang berani ngelarang kamu ketemu aku walaupun aku pindah?" Renjani mengapit wajah Aska dengan kedua tanganya, mengarahkan mata lelaki itu untuk menatap matanya.

Aska diam, matanya menghunus tajam ke iris Renjani, bergerak gelisah. Aska tidak mau, tapi ia harus bagaimana.

Lelaki itu menghela nafas kasar, mengalihkan tatapannya. Menarik diri, tanganya melepas pelan tangan Renjani yang masih bertengger di pipinya "Terserah lo, lakuin semau lo!" ucapnya

Yang keluar dari mulutnya sama sekali tidak sama dengan kenyataan bagaimana lelaki itu tengah menatapnya. Tatapan tajam bercampur harap agar Renjani membatalkan keinginan nya.

"Makasih." Renjani bergerak mendekati Aska, berjinjit melingkarkan tanganya di leher Aska.

Membuat Aska tersentak, lelaki itu diam beberapa saat hingga tanganya terangkat membalas pelukan Renjani. Menghirup rakus aroma Renjani.

"Janji gue boleh ketemu lo kapanpun, semau gue!" ucap Aska di pelukan Renjani

"Janji," jawab Renjani cepat sambil menganggukkan kepalanya yakin.

***

3 hari setelah pembicaraan waktu itu, saat ini Renjani tengah mengangkat tas berisi buku-buku sekolahnya naik ke mobil sang Ayah. Dibantu Aska yang membawa koper kecil berisi baju-baju Renjani.

"Renjani sama saya!" Aska menarik tangan Renjani, bersikeras agar Renjani tidak ikut mobil sang Ayah.

Adhinata menatap malas ke arah Aska, mengalihkan tatapannya ke Renjani menanyakan persetujuan.

Renjani menganggukan kepalanya pelan, "Aku sama Aska aja," ucap Renjani pelan.

Adhinata mengangguk pelan bergegas masuk ke mobil, motor Aska mengikuti di belakang mobil Adhinata pelan.

Aska sengaja memelankan laju motornya. Renjani pun hanya diam dengan tangan melingkar di perut lelaki itu.

"Lo ga ada niat berubah pikiran?"

"Enggak," ucap Renjani pelan.

Aska menghembuskan nafas kasar, ia ingin marah, namun entah kenapa tidak bisa. Mungkin ia takut Renjani benar-benar meninggalkannya, mengingat gadis itu sudah memiliki keluarga baru dan tidak sendirian lagi.

***

Aska terdiam menatap langit-langit kamarnya, jam menunjukan pukul 3 malam, lelaki itu tidak bisa tidur. Setelah pulang dari tongkrongannya pukul 1 tadi.

Kepalanya menoleh ke samping, tempat biasanya Renjani tertidur sekarang sudah tidak ada siapa-siapa. Pikirannya melayang, apakah Renjani juga tengah tidak bisa tidur, atau justru sudah menjelajah alam mimpi. Baru 2 bulan mereka tinggal bersama, rasanya Aska sudah tinggal bersama Renjani 2 tahun lalu sekarang ia ditinggal sendiri.

Tanganya meraih ponsel di sampingnya, membuka layar ponselnya yang menunjukan foto Renjani yang ia foto diam-diam saat gadis itu tertidur, rasanya sekarang Aska benar-benar tersiksa. Lelaki itu ingin menelfon Renjani namun kembali ia urungkan mengingat jam berapa sekarang.

Sementara itu ditempat lain Renjani sudah 3 kali terbangun malam ini, gadis itu terduduk di kamar baru yang disiapkan seluruh keluarganya dengan penuh antusias. Renjani baru merasakan rasanya di kelilingi manusia yang berstatus keluarga. Orang tepenting Renjani dulu hanya dua, sang Nenek dan Askara.

Mungkin sekarang orang yang akan ia anggap penting di hidupnya bertambah, keluarga baru yang menurut Renjani tidak buruk, bahkan sangat baik.

Gadis itu melamun menatap jendela kamarnya yang tertutup gorden biru muda yang Axel bilang itu pilihan Axiel. Renjani tersenyum tipis mengingat percakapan antara keluarganya, dulu ia hanya bisa melihat keluarga bibinya.

Ponselnya berdenting, menandakan pesan masuk. Renjani meraih pelan ponsel itu, menatap nama Aska yang terpampang disana, menanyainya apakah ia sudah tidur. Renjani kembali tersenyum, ternyata tak hanya dirinya yang belum tertidur. Jemari gadis itu mengetikan balasan pesannya dengan senyum masih mengembang. Tiba-tiba ia merindukan kekasihnya itu.

Tak tahu saja Renjani bahwa Aska sendari tadi hampir gila memikirkan dirinya.

Tak tahu saja Renjani bahwa Aska sendari tadi hampir gila memikirkan dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Hai gaiss👋

Gimana part kali ini??

Jangan lupa jadi pembaca yang baik 🤗

luv u❤

-nini🌻

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang