Bagian 6.0 ; pilu membiru
Katanya kamu akan mencari bahagia bersamaku, lalu apa ini?
***
Renjani menatap lamat-lamat wajah Aska yang tengah tertidur di sampingnya, lelaki itu terlihat begitu damai saat ini.
Tangan Renjani terulur menyentuh pelan alis tebal Aska, berlanjut ke bulu mata yang terlihat begitu lentik, lalu ke hidung mancung lelaki itu. "Kenapa kamu ganteng banget sih?" gumam Renjani pelan.
Aska menggeliat pelan, terusik dengan Renjani yang kini mengelus-elus pipinya, lelaki itu membuka matanya pelan, melihat Renjani yang kini terlihat terkejut, segera menarik menjauh tangannya. Namun gerakannya kalah cepat. Aska lebih dulu menahan jemari Renjani yang hendak menjauh. Menariknya kembali untuk mengelus pipinya. "Elus-elus lagi," ucap lelaki itu dengan nada khas bangun tidur.
Renjani merasa jantungnya berdetak tak karuan hanya dengan mendengar suara bangun tidur Aska yang sebenarnya sering ia dengar. Gadis itu enggan menuruti mau Aska, menarik tanganya menjauh, lekas menegakkan tubuhnya. Duduk menatap Aska yang masih berbaring terlentang. "Bangun!" Renjani menarik pelan tangan Aska.
Aska mengulurkan tanganya ke arah Renjani, "Bangunin!" Dengan manja lelaki itu menatap penuh harap Renjani.
Renjani mendegus geli, tanganya bergerak menarik tubuh lelaki itu, diikuti Aska yang bangun segera menumbrukan tubuhnya ke tubuh Renjani.
Renjani sedikit tersentak dengan gerakan tiba-tiba Aska. Sementara lelaki itu kembali memejamkan matanya dengan tangan melingkar nyaman di pinggang Renjani.
"Lepasin Askara! Sana mandi! Sekolah!" Renjani mendorong pelan tubuh lelaki itu.
"Nanti dulu ya?" Aska masih enggan melepas pelukannya.
"Nanti telat, ayo!" dengan gerakan tidak ikhlas lelaki itu melepas pelukannya.
Mulutnya mencebik kesal, wajahnya semakin suram saat Renjani kembali mendorongnya masuk kamar mandi.
Renjani segera melangkahkan kakinya ke dapur, roti tawar dengan selai coklat dan susu putih menjadi sarapan pagi ini.
Aska berlari kecil menyusul Renjani di dapur, lelaki itu bahkan belum mengancingkan seragamnya, dengan dasi yang hanya di sampirkan di bahu lebarnya.
Renjani menatap malas lelaki itu, "Kancingin dong!" lelaki itu segera memposisikan badannya di depan Renjani yang sudah duduk di kursi meja makan.
Renjani dengan telaten mengancingkan seluruh kancing seragam itu.
"Sinian!" Renjani menarik kedua bahu lelaki itu agar sedikit merendah, saat ia ingin memakaikan dasi
"Pendek sih!" ledeknya
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANI
Teen Fiction⚠️TERDAPAT ADEGAN KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR⚠️ Hanya Kisah Sederhana seorang Renjani Awidya dengan segala luka, duka serta bahagia. Gadis biasa yang tengah mencari Tawa. Renjani Awidya gadis yang terlihat Lemah padahal dia adalah sosok Kuat yang...