5.2

9.6K 563 6
                                    

bagian 5.2 ; Rasa percaya

jika ditanya sesuatu yang paling mahal di dunia ini, mungkin jawaban pastinya itu 'kepercayaan'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jika ditanya sesuatu yang paling mahal di dunia ini, mungkin jawaban pastinya itu 'kepercayaan'

***

Aska berjalan pelan menyusuri lorong Sekolahnya. Seluruh siswa tengah memperhatikannya, bisikan-bisikan pelan terdengar membicarakannya, namun lelaki itu terlalu malas meladeni, memilih terus melangkahkan kakinya ke kelasnya.

Hingga seseorang menepuk pelan bahunya, Aska yang hendak menaiki tangga menoleh sekilas. Aiden, dengan senyuman mencurigakannya tengah menatap antusias ke arahnya. "Jadi, kapan?" tanya Aiden pelan.

Lelaki itu mengikuti langkah Aska, menaiki undakan tangga ber-iringan, tatapan Aiden masih menatap Aska antusias. Aska menghela nafas pelan. "Renjani ga ngebolehin," sahut Aska.

"Dan lo nurut?"

"Enggaklah"

Kekehan pelan meluncur dari bibir lelaki pucat itu. Membuat para siswi di sekitar mereka memekik pelan melihat paras Aiden yang begitu menawan saat tertawa.

"Mending serahin ke gue." Aiden menaik turunkan alisnya.

Aska berhenti berjalan, memicing menatap wajah antusias Aiden, tanganya terangkat, menggeplak kepala sahabatnya itu. "Lo udah janji buat berhenti!"

"Ga bakal gue bunuh!" Aiden memegangi kepalanya, segera menyusul langkah Aska yang meninggalkannya.

"Iya ga lo bunuh tapi lo bikin gila!"

"Kan emang sepadan!"

"Dan akhirnya kalau Renjani tahu, dia marah ke gue, ngira gue yang lakuin itu!"

Aiden memutar bola matanya malas, "Jadi mau lo apain?"

"Gatau, masih gue pikir."

"Kelamaan!"

"Bacot!" Aska mempercepat langkahnya, meninggalkan Aiden yang mendegus kesal, namun tetap mengikuti langkah Aska pelan.

Bobby yang melihat Aska masuk kelas segera berdiri, berseru heboh. "WIH BOS UDAH MASUK LAGI NIH, GIMANA BOS DAH PUAS BOLOSNYA?"

Aska memilih segera menuju bangkunya, duduk tenang mengabaikan perubahan raut wajah Bobby yang awalnya begitu semangat menjadi kusut menatap kesal Aska.

"Renjani gimana ka?" Lintang mendekat ke bangku Aska.

"Di Apart, gue dipaksa Sekolah padahal gue mau jagain dia"

"Renjani udah sumpek deket-deket lo!" Vans yang baru datang mendengar celetukan Aska segera menyahut dengan wajah tanpa bersalah. Lelaki itu melemparkan tasnya ke bangkunya, segera bergabung ke bangku Aska bersama teman-temannya. Aska tidak membalas ucapan Vans, hanya menatap malas lelaki itu.

RENJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang