*Play the song 👏
"Kurasa aku pantas mendapatkan penjelasan lengkap atas kontribusi sebagai objek eksperiment dan juga partner kerjasamamu," ucap Jaemin.
Jeno yang tengah bersandar pada sofa berpindah bersandar pada pundaknya. Tingkah santainya itu selalu saja membuat ritme alat pemompa darah Jaemin kacau balau.
"Um, tunggu."
Jeno menyalin kembali coret-coretan yang Jaemin kira bekas pr matematika ke sebuah notes kecil. Isinya kebanyakan berupa angka dan ada juga kalimat yang ditulis berantakan tak terbaca. Kontras dengan kebiasaan sang omega yang selalu menulis dengan rapi dan indah.
Jaemin menelengkan kepala ikut melihat. Sekaligus mencuri kesempatan mengendus rambut Jeno. Tangannya ia sampirkan ke belakang sofa, hati-hati menaikkan kaus longgar Jeno yang melorot memerlihatkan sebagian bahu putih mulusnya.
Jeno terlalu berkonsentrasi sampai tak sadar pada perbuatan manis Jaemin. Saudara kembarnya yang sadar, mengunyah choco pienya sambil menatap mereka datar.
Belum cukup sampai disitu Jaemin membenarkan kaki Jeno yang mengangkang di atas sofa saking nyamannya -kalau Seunggi lihat habislah dia- kemudian menutupi pahanya yang terekspos dengan hoodienya.
"Ih, budak cinta," gumam Haechan. Nelangsa juga melihat interaksi seperti itu. Maklum jomlo.
"Nah sudah selesai."
Jeno mengetuk-ngetuk pulpennya selagi menjelaskan, "seperti yang kau lihat aku mencatat detail aktivitas kita."
"H-huh?" Telinga Jaemin memerah, tidak berani menatap Haechan yang mulai amat tertarik sampai menaruh bungkus choco pienya dan menatap penuh minat pada saudara kembarnya.
"Heatku mulai pukul empat pagi tanggal 23 Oktober. Detailnya: sangat menyakitkan, semakin sakit seiring jam berjalan. Aku hampir mencapai batasku pada pukul sepuluh. Kesimpulannya: aku sudah menahannya selama enam jam."
"Lalu kau datang setengah jam kemudian, membantuku dengan dildo dan aku bisa istirahat."
Jeno mengangguk-angguk, bangga akan memorinya. Ia sudah mempersiapkan diri sejak awal.
"Lalu gelombang kedua datang pada pukul enam sore, empat belas jam kemudian."
"Heat yang ini tidak sesakit pertama, kurasa karena ada keberadaanmu dan feromonmu menenangkanku. Kali ini kau pakai penismu dan yah, sensasinya luar biasa," ucap Jeno santai, "jika pada gelombang pertama perutku sangat nyeri dan kepalaku pusing, pada gelombang ini berkurang drastis meski masih ada."
Haechan menyeringai mendapati wajah Jaemin mulai memerah. Ia tahu laki-laki itu membayangkannya, vivid dalam memorinya.
"Gelombang ketiga datang pukul enam pagi 24 Oktober, selang dua belas jam kemudian. Kita lakukan lagi persis sama dan hasilnya juga persis sama, gelombang keempat datang pukul enam sore. Dan lagi-lagi kegiatan yang sama meski berbeda posisi."
"Kau bersikeras tidak mau keluar di dalam padahal pen-"
"E-er mungkin kau bisa kurangi detailnya," cicit Jaemin.
Jeno mengibaskan tangan tak peduli, "padahal penismu sudah memerah dan membengkak besar. Tapi masih tahan juga."
"Karena semua kondomnya kau buang," gerutu Jaemin.
"Yah aku kan mau spermamu," balas Jeno. Ia mengerutkan hidung kesal sambil mengetuk-ngetuk pulpennya pada notes lebih kencang, "percuma kalau penisnya tertutup kondom. Omega tidak akan puas dengan plastik! Harus ada tekstur tertentu dan sesuatu yang berdenyut juga hangat, oh mmf-"

KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanfictionDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...