47. Subject One, Subject Two

3.8K 598 121
                                    

*play the song 👏🏻

Mark menggigiti kuku tak sabar menunggu beberapa tentara angkatan laut menarik dua orang yang terombang-ambing menakutkan di permukaan laut.

"Bisakah kau lebih cepat?!" Gusarnya dalam Bahasa Mandarin.

Tentara yang berada di dekatnya mendengus sebal. Lalu menarik lebih cepat setelah menerima pelototan anak bungsu Menteri Keamanan dan Pertahanan -sang atasan- yang terlihat penuh pikiran di samping Mark.

"Hati-hati!" Titah Chenle tegas.

Renjun menganga kaget, menyadari kondisi dua sosok familiar yang terjepit di dalam ban karet orange mentereng itu. Seperti mayat korban bencana saking pucat dan berantakannya. Keduanya lemas tak berdaya.

"TARIK!!" Pekiknya panik. Ia membantu para tentara yang menarik Jaemin terlebih dahulu.

Keringat dingin dan cemas merambati seluruh tubuh Renjun. Melihat Jaemin terpejam dengan bibir sebiru dunia yang baru saja menelannya, lengan dan kaki laki-laki itu lunglai setelah coba ia gerakkan menimbulkan kepanikan yang luar biasa.

Asumsinya yang pertama adalah Jaemin sudah meninggal.

Renjun terburu mengekori petugas kesehatan yang segera mengangkat Jaemin dengan tandu masuk ke dalam ruangan khusus. Tetes-tetes air menjadi jejak yang tertinggal sebelum kumpulan beberapa orang itu menghilang.

"Hei, hei, kau mengenaliku? Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Tanya Mark bertubi-tubi begitu Jeno berhasil dinaikkan dan didudukkan di geladak. Ia sigap menyampirkan handuk pada tubuh Jeno yang gemetar hebat.

"Its okay. You're okay now, hm," bisik Mark sambil mengecup dahi Jeno penuh afeksi. Ia membawa laki-laki itu ke dalam pelukannya yang hangat. Bertanya-tanya sungguhan dalam hati bagaimana situasi mengerikan ini bisa terjadi.

"Ini." Chenle menyodorkan segelas teh hangat sembari menyapukan rambut yang menutupi mata Jeno ke belakang. Ia perhatikan netra Jeno bergetar dan... Apakah ia berhalusinasi? Warnanya biru meski cukup gelap serupa hitam.

"Thanks," parau Jeno. Tangannya berguncang terlalu hebat hingga cairan kecokelatan panas itu jatuh menetesi kaki telanjangnya.

Mark membantu memegangi, mendongakkan sedikit kepala Jeno yang tertunduk. Entahlah laki-laki itu terlihat depresi, seolah sebuah batu ditaruh di atas kepalanya.

"Pelan-pelan," bisiknya. Ia menggenggam tangan Jeno, mengarahkan gelas yang terbuat dari kertas itu ke mulut yang bergetar kedinginan. Mata Jeno sayu dan liquid bening terus mengalir dari sudutnya.

Belum setengah substansi manis itu tertelan, kepala Jeno teleng ke pundak Mark. Hilang kesadaran.

.

"Hei bodoh," sapa Renjun pada Jaemin yang tertidur nyenyak di atas ranjang. Tubuh telanjang laki-laki itu dipasangi selang ventilator dan ditutupi selimut sebatas dada.

Pucat seperti mayat.

"Kau itu orang paling bodoh di dunia."

Pemuda yang lahir pada bulan Maret itu memegangi tangan Jaemin erat. Berusaha mengembalikan kehangatan yang terserap habis dan membuat warasnya kikis.

Ia membuang muka tak peduli mengetahui sosok yang terapung bersama Jaemin dibawa dengan heboh ke dalam ruangan yang sama, juga kehilangan kesadaran dan ditangani oleh para dokter militer yang sama.

"What we gonna do now?! How the hell did this shit happen?" Mark mengacak rambutnya frustasi. Ia berdiri di sebelah Renjun, memerhatikan dengan seksama pakaian Jeno dilucuti dan pergelangan tangan maupun batang lehernya dicek. "We should go to Korea! As fast as possible! We need a real doctor here!"

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang