31. Alpha

5.6K 839 101
                                    

*Play the song 👏


"LEBIH CEPAT HYUNG, SALIP SAJA BUS DI DEPAN ITU!" Teriak Haechan penuh urgensi.

Taeyong menggertakkan gigi. Ia melirik jarum speedometer yang hampir mencapai angka seratus delapan puluh. Buku jarinya memutih, menegang di atas lingkaran kemudi.

SUV hitam yang tak didesign untuk mengebut layaknya mobil sport itu hampir melayang dan berguncang-guncang seiring liukan handal dan tajam yang Taeyong lakukan. Sedikit saja ia kehilangan konsentrasi dan kendali, mobil itu akan oleng menabrak pagar pembatas jalan dan kendaraan lain yang sibuk mengklakson tanpa henti di belakang.

Jalanan Seoul cukup ramai dan aksi berbahaya mereka pasti akan mengundang sirene polisi mengejar dan memburu seperti di permainan GTA. Aspal yang dipenuhi es tipis sama sekali tidak membantu sang beta.

Sayangnya realita tidak se-mengasyikkan game itu. Sekali saja mereka menabrak dan mati, tidak ada tombol replay atau reset untuk mengulang hidup yang hanya sekali.

"Apa lokasinya masih disana?" Tanya Taeyong terburu. Sungai Han sudah mulai terlihat di kejauhan dan gedung apartemen tinggi itu mulai memasuki pandangan.

"Masih."

Haechan terus saja memusatkan perhatian pada ponselnya. Menulikan diri dari bising dan kilauan menyilaukan lampu sorot kendaraan lainnya.

CKITT

BRUAK

"ANJING!"

Haechan terpental ke depan, kepalanya menabrak dashboard mobil karena Taeyong berhenti tiba-tiba. Dahinya mengucurkan sedikit darah akibat insiden tak terduga itu.

"Ma-maaf Tuan Muda," gagap Taeyong, "busnya berhenti mendadak."

Ia melirik ke spion lalu menginjak gas dalam-dalam. SUV besar itu menghasilkan decitan kencang, mundur dengan cepat hampir menabrak mobil yang ikut berhenti di belakang mereka. Roda-rodanya menggilas tanpa ampun meninggalkan jejak nyata.

Taeyong memutar kemudinya tergesa-gesa. Kembali melaju setelah jalannya terbebas dari tubuh besar bus dua tingkat berwarna biru itu.

"Apa Jaemin sudah sampai Seoul?"

"Sudah, mungkin butuh setengah jam lagi untuk sampai ke Trimage dari stasiun," jawab Haechan. Ia mengelap cairan amis yang mengaliri matanya ke celana, "kita akan sampai duluan."

"Sebenarnya ada apa?" Sang supir melirik sekilas Haechan. Khawatir dan kebingungan akan situasi yang didapatinya saat baru pulang menjalankan tugas.

"Aku juga tidak tahu, tapi perasaanku tidak enak," Haechan mengulum bibirnya resah. Stick golf Seunggi ia genggam erat-erat. Buku-buku jarinya memutih dan menegang penuh kontraksi, "pasti terjadi sesuatu pada kembaranku."

"Firasatku tidak pernah salah."

Dua puluh dua tahun sudah Taeyong bekerja pada keluarga Seunggi. Sejak berumur tiga tahun ia ikut ayahnya yang juga seorang supir tinggal di rumah keluarga Lee. Disekolahkan ayah Seunggi dan Seunggi secara gratis sampai memboyong sarjana hukum namun lebih memilih untuk mengabdi pada Tuan besarnya. Ia saksikan sendiri tumbuh kembang si kembar sejak lahir sampai sebesar ini. Hampir delapan belas tahun ia habiskan untuk membantu merawat, menjaga, dan bermain bersama mereka.

Hingga kini ia berusia dua puluh lima. Taeyong tidak ragu mengorbankan nyawa untuk dua majikan tersayang yang sudah ia anggap sebagai saudara.

"Pegangan Tuan Muda," peringat Taeyong. Pedal gas itu diinjak lebih dalam lagi. Dan SUV hitam itu melesat layaknya peluru, menembus angka dua ratus dua puluh kilometer per jam.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang