37. Suicide bomb 💣

6.8K 824 83
                                    

*play the song 👏

Ulangan akhir semester bukanlah sesuatu yang Jeno khawatirkan. Setidaknya untuk sekarang.

Namun duduk di sebuah bangku panjang bersebelahan dengan Haechan dan Jaemin di ruang yang cukup luas untuk menampung ratusan orang, berdinding ubin, dan topangan tiang-tiang kayu itu yang membuatnya gugup setengah mati. Ia duduk persis di depan, mendapat pandangan tanpa halangan pada meja persidangan.

Seunggi tidak juga sampai meski laki-laki paruh baya itu sudah meninggalkan rumah sejak satu setengah jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seunggi tidak juga sampai meski laki-laki paruh baya itu sudah meninggalkan rumah sejak satu setengah jam yang lalu.

Kasak-kusuk orang-orang yang berada di bagian kursi yang berlawanan dengannya, di sebelah kanan -tempat pendukung pihak penggugat duduk- sungguh mengganggu Jeno.

Bertarung secara hukum dengan nihilnya barang bukti bukanlah sesuatu yang Jeno harapkan.

Saksinya yang terbaring koma menghadapi akhir terburuk, meninggal dunia. Tim IT terbaik sudah melacak virus yang membobol keamanan perusahaannya namun sang peretas lebih handal.

Virus itu merusak sekaligus mencuri tanpa jejak yang pasti. Alamat ipnya berpindah-pindah dan berasal dari tempat yang berbeda. Tersebar di seluruh dunia.

Sidang kali ini adalah perlawanan terhadap tuntutan plagiarisasi Jung Yoojung.

Pada negara ini, kedudukan hak cipta setara dengan martabat manusia.

Yeri hadir disana. Tersenyum penuh sesal pada Jeno karena tak bisa membujuk orang tuanya. Dua paruh baya itu berkeras tak ingin melepas Yoojung yang mereka anggap berlian paling berharga yang pernah mereka temukan. Melindunginya seakan wanita itu adalah perhiasan yang menjadi incaran nomor satu seluruh pencuri batu berharga di dunia.

"Hakim memasuki ruang persidangan, hadirin dimohon untuk berdiri," seru sebuah perempuan yang berdiri di pojok ruangan sambil membukakan pintu ganda dari kayu.

Jeno dan Jaemin berdiri, serentak menatap Haechan yang masih asyik duduk sambil melihati kukunya. Seolah tak mendengar seruan lantang itu.

"Chan," bisik Jeno, "berdiri."

Haechan malah menarik Jeno duduk, "tidak perlu menghormati hukum brengsek seperti ini."

"Duduk atau berdiri pada akhirnya Papa akan masuk sel juga tanpa barang bukti."

Jaemin menggeleng tak setuju meski tak bisa berbuat apa-apa. Ia sendiri heran kenapa Seunggi tidak menggunakan kekuasaannya sebagai alpha? Laki-laki itu memiliki uang yang cukup untuk menyuap seluruh kejaksaan agung bahkan pejabat-penjabat negara atau membayar kompensasi secara 'damai' pada Yoojung. Perkara yang terkesan remeh seperti ini sudah seharusnya selesai tanpa keributan dan huru-hara.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang