33. Standing Here Naked

6.5K 880 177
                                    

*Play the song 👏

Renjun menatap kosong dinding putih bersih lantai tujuh Trimage. Kondisi Jeno yang baru saja dilihatnya... Gila. Renjun merasakan satu persatu sel otaknya mengerut dan kehilangan ke-efektifannya.

Ia tidak sempat bertanya apa-apa dan memilih bungkam. Memerhatikan lamat kepanikan Taeyong dan Haechan yang berlari tergesa menuju lift meninggalkannya.

Ia perlu tahu. Ia harus menunggu Jaemin di dalam sana. Satu-satunya orang yang tersisa setelah tiga alpha yang lain susah payah kabur sampai menyeret langkah menuruni tangga darurat. Satu yang terbesar terpaksa dibopong karena tidak juga sadar.

Renjun membiarkannya. Ia tidak cukup kuat menahan empat orang itu sendirian. Lagipula apa gunanya?

Rasanya cukup lama ia berdiri di balik pintu. Samar-samar ia mendengar letusan tembakan dari dalam. Jaemin... Tidak apa-apa kan?

Renjun membuka handlenya namun pintu itu terkunci. Rapat, tak sedikitpun goyah meski ia menubrukkan diri ke permukaannya.

"JAEMIN?! JAEMIN KAU BAIK-BAIK SAJA?!"

Tidak ada jawaban. Malah ada letusan kedua. Renjun semakin panik namun tak bisa berbuat apa-apa. Ponsel Jaemin mati dan ia tidak bisa menyelinap masuk. Mereka berada di lantai tujuh, tidak mungkin kan ia memanjat ke jendela unit Yifan?

Harusnya sejak awal ia ikut masuk bukannya berjaga di luar bersama Haechan. Harusnya ia mencegah pintu tertutup. Harusnya ia tidak terlalu larut dalam shock dan cepat bertindak.

Tapi kejadian hari ini sama sekali tak pernah dibayangkannya. Pertarungan sengit dan menimbulkan darah yang tak sedikit melumuri lantai mengkilat Trimage. Bentakan dan umpatan yang berganti-gantian dilontarkan. Berbagai feromon kuat yang bahkan menembus penciumannya. Keagresifan Jaemin yang mengerikan dan tanpa bersalah melayangkan kepalan tangan maupun tendangan kakinya. Jerit derita yang keluar dari bibir-bibir penuh darah dan tubuh-tubuh penuh luka. Derakan tulang yang entah patah atau remuk, bergeser dari engselnya.

Terlalu banyak yang harus ia cerna dalam satu waktu. Tubuhnya membeku. Apa yang ia lihat di film-film ia saksikan secara nyata.

Renjun terus menunggu. Menit demi menit yang berlalu menggandakan kekhawatirannya.

Renjun tidak tahu tepatnya pukul berapa. Pintu itu akhirnya terbuka.

CKLEK

"Jaemin?" Panggilnya ragu.

Renjun mundur. Membelalak pada sosok Jaemin yang mengusap najis wajah penuh darahnya. Laki-laki itu meludah ke lantai lalu menatap Renjun.

Cukup. Renjun gemetar melihat sorot tajam dan dominant itu.

"Ya?"

"Kau baik-baik saja?" Tanya Renjun pelan.

"Yup."

Keduanya hening. Renjun meneguk ludah gugup. Pertanyaan yang sudah ia persiapkan nyaris menguap begitu saja.

"U-um," mulai Renjun, "apa... Yang sebenarnya terjadi?"

Jaemin tidak menjawab. Ia sendiri tidak tahu apa. Ia hanya datang memukuli orang-orang yang terlibat membuat Jeno terluka dan menderita. Itu saja. Sebab pastinya ia tak tahu apa.

"J-jeno... Omega?" Tanya Renjun lagi. Ia ingat betul perkataan yang tak sengaja Taeyong ucapkan di sela kepanikannya. Feromon manis laki-laki itu sama kuatnya dengan milik alpha, menembus indra pembaunya.

"Ya," jawab Jaemin singkat. Ia menghela napas dalam lalu beranjak pergi.

"Tunggu Jaem!"

Jaemin tidak peduli. Ia terus berjalan meninggalkan Renjun sambil meludahi tangannya. Mengusap-usap permukaan kasar itu jijik, berusaha mengelap campuran darah dengan air seadanya.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang