59. Longing For You

5.4K 576 83
                                    

*Play the song 👏🏻

Tiga bulan lagi ia akan menyeberangi benua dan samudera untuk menuntut ilmu. Tiga bulan lagi ia akan meninggalkan Korea dan menetap di Kanada.

Tapi mengapa ini semua terjadi di saat-saat dimana seharusnya ia menghabiskan waktu terakhir bersama sahabat-sahabatnya?

Mark menghela napas panjang. Ia melempar tangkap air podnya bosan. Sendirian.

"Semakin banyak menghela napas semakin pendek umurmu," tutur seseorang tiba-tiba dari belakang. Orang itu kemudian duduk di sebelahnya, menatap ke kejauhan.

"Kata siapa?" Tanya Mark skeptis. Ia menatap baik-baik Haechan yang perlahan melepas kacamata hitamnya. Memerlihatkan mata bulat bergradasi hijau kekuningan yang begitu indah dan berkilau di bawah terik matahari.

"Menghela napas panjang-panjang artinya kau sedang stress. Lalu kalau kau stress kau jadi tidak semangat hidup, pikiranmu banyak beban, hatimu sakit, dan pundakmu berat. Setelah itu kalau terus-terusan berkubang dalam stress lama-lama kau bisa gila dan pada akhirnya kesehatanmu menurun."

"Cepat mati deh," ujar Haechan riang. Ia berkedip pada Mark sambil menyeringai usil. "Kata siapa? Ya kataku, any problem Markie?"

Fokus Mark menetap pada mata Haechan yang sangat menghipnotis. Lalu pada tahi lalat kecil yang berpencar di pipinya bagai membentuk rasi bintang. Dan pada bentuk bibir plumpnya yang cantik sekali seperti boneka.

"Jangan melihatiku lama-lama begitu, kalau kau jatuh cinta aku yang repot," ujar Haechan percaya diri.

Mark membalas cepat, "kau seperti kebalikannya Jeno."

"Jadi maksudmu aku jelek dan dekil begitu?! Kurang ajar, wajah tampan begini-"

"Tidak buruk."

Haechan berdehem tidak nyaman, canggung dengan senyum manis dan lucu yang Mark lemparkan padanya. Takut juga dia kalau Mark benar-benar memindahkan target padanya karena tahu tidak ada harapan yang tersisa pada Jeno.

"Jelas! Aku bahkan lebih tampan dari Jeno. Jauh lebih seksi dan menawan!"

Mark mengangkat bahu, ogah membenarkan. Ia mengalihkan atensinya pada empat sosok yang berjalan di kejauhan ke arahnya. Empat sosok familiar berbeda tinggi, yang meskipun amat kecil perbedaannya membentuk tangga.

Jaemin, Jeno, Chenle, dan Renjun.

Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba saja Chenle berhenti begitu menangkap keberadaan Mark. Laki-laki itu tanpa sadar mendekat dan bersembunyi di belakang Jeno. Amat canggung dengan sang alpha.

"Kapan kalian akan bertingkah seperti biasa lagi sih?" Celetuk Haechan. Bertambah satu lagi sosok yang bisa ia lihat wujud emosinya.

Haechan masih tidak yakin kemampuannya ini anugerah atau kutukan.

Tapi tidak masalah, wujud Chenle lucu sekali. Ada telinga kecil tambahan berwarna putih kecil di kepalanya saat ini, berkedut-kedut takut dan malu.

Mirip dengan Jeno yang meniru wujud laki-laki itu. Telinga seperti serigala? Atau anjing? Besar berwarna putih dan terlihat tegak ke atas, siaga dan dapat diandalkan.

Jaemin juga, bedanya miliknya berwarna cokelat gelap hampir hitam. Dan lebih runcing.

Hanya Renjun satu-satunya yang berbeda. Laki-laki itu menguarkan aura kuning lembut yang menenangkan meski tindakannya amat kontras: berusaha menyeret ransel Chenle yang meronta dan merah padam.

Haechan dan Mark bisa mendengar pekikan keras sang beta.

"YA! KAU INI PLINPLAN SEKALI! KATANYA ADA YANG MAU KAU SAMPAIKAN?!"

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang