39. Inception

5.1K 732 49
                                    

*Play the song 👏🏻

"Pokoknya aku yang memutuskanmu bukan sebaliknya," tegas beta Huang itu diselingi senyum tipis. Tangannya terulur mengajak Jaemin bersalaman.

"A-aku," Jaemin mengulum bibir ragu.

Memang ini yang ia inginkan sejak empat bulan lalu. Tapi bagaimana dengan perasaan Renjun? Jaemin tahu betul rasanya bertepuk sebelah tangan. Tahu betul rasanya berusaha berhenti mencinta karena keadaan. Amat mengerti bahwa melupakan tidaklah semudah dikatakan. Butuh waktu lama, tidak secepat jatuh cinta.

Sadar jika rasa bukanlah sesuatu yang dapat diatur-atur seenaknya.

Falling in love is easy, but falling out of love isn't as easy as you thought.

"Berbahagialah dan kejar orang yang kau suka."

Begitu lancar mulut Renjun berbicara kalimat klise itu seolah ia telah memikirkannya masak-masak dan melatihnya ribuan kali di depan cermin. Dan itu tidak sepenuhnya salah. Renjun berulang kali memeragakan adegan ini dalam benaknya. Seperti dugaan Renjun, ekspresi Jaemin tepat seperti yang ada dalam bayangannya.

Campuran antara lega dan bersalah. Diliputi sendu yang paling tak suka Renjun lihat pada mata indahnya.

"Jun," Jaemin maju namun Renjun menahan dada laki-laki yang sudah merentangkan tangan ingin memeluknya itu, "aku-"

"Jangan," lirih Renjun. Ia tidak ingin menyesali keputusannya.

Jika Jaemin memeluknya mungkin ia akan benar-benar jatuh dalam penyesalan dan berakhir mengubah keputusan. Tidak rela untuk melepas dan memutus hubungan semu di antara mereka. Lagi-lagi memilih berpura-pura dan bersandiwara baik-baik saja.

Renjun harus mengakhiri apa yang ia mulai.

Jaemin mengulum bibirnya kuat. Tatapan sendu sepenuhnya tertuju pada Renjun yang berusaha menunjukkan senyum tipis. Matanya yang indah berkilauan seperti ratusan bintang.

Renjun tidaklah kalah menawan dari Jeno. Ia tampan dan manis di saat bersamaan. Sifatnya pun sama baik, keren, dan mengagumkannya. Ia adalah sosok yang memesona ditunjang segala kelebihannya. Orang yang menarik, setia, juga dewasa.

Tapi entah kenapa Jaemin tidak bisa jatuh cinta sekuat apapun ia mencoba.

"Opera sabun yang sangat mengagumkan," celetuk Haechan dari dekat mereka. Ia berpura-pura mengusap air dari sudut matanya sambil bertepuk tangan kagum.

"Chan!" Sentak Jeno kesal. Candaan saudara kembarnya itu tidak menghibur sama sekali. Di tengah atmosfer yang berat dan penuh mendung, guyon itu tak menimbulkan tawa.

"Huft," Renjun melirik Haechan sekilas lalu mendorong dada Jaemin pelan. Ia menepiskan kedua tangannya bergantian seolah berhasil memberikan sentuhan akhir pada hasil karyanya, "urusanku sudah beres."

Ia mengguratkan senyuman paling lebarnya pada Jaemin yang semakin merasa gamang, "nah, sekarang aku mau pulang."

Jaemin tidak menahan Renjun. Lebih tepatnya tidak sanggup membuat laki-laki itu semakin terluka karena perlakuannya. Tangannya terkepal kuat dan pandangannya lekat mengikuti sosok sang beta yang berjalan cepat.

"Aktingmu-" Haechan menghentikan ucapannya begitu melihat raut Renjun. Laki-laki itu berlari terburu-buru melewatinya dan Jeno, sengaja memalingkan wajahnya menutupi mata yang memerah dan berkaca-kaca.

Ketiganya menatap sosok Renjun yang semakin mengecil. Mereka menggigit bibir iba melihat Renjun membungkuk berkali-kali pada seseorang yang marah-marah karena tak sengaja ia tabrak.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang