25. School event

6.2K 892 70
                                    

*Play the song 👏

"Oh, wow, event kali ini bagus sekali. Lebih beragam dan berbeda dari tahun lalu," seru kepala sekolah kagum.

"Kerja bagus Jeno-ya," pujinya.

Jeno tersenyum tipis. Ia menggeleng lalu merangkul Haechan yang tersenyum masam di sebelahnya, "bukan aku."

"Semua murni ide Haechan. Aku hanya menyetujui."

Kepala sekolah menatap sangsi laki-laki berkulit tan yang tersenyum puas pada saudara kembarnya itu. Memang ide brilliantnya itu perlu mendapat pengakuan. Harus! Wajib! Seorang Lee Haechan sama sekali tak boleh diremehkan.

"Tapi... Bagaimana bisa? Lomba-lombanya terlalu kreatif, kau tidak secerdas Jeno," gumam wanita paruh baya itu.

"Itu karena pola pikirmu terlalu kolot Ma'am. Bagimu yang pintar hanyalah yang jago matematika dan pelajaran, sementara yang pandai bernyanyi, berolahraga, menari, menulis, atau melukis contohnya kau sepelekan."

"Sekolah ini elit tapi pemimpinnya berpikiran sempit," sarkas Haechan.

Sudut bibir Jeno berkedut menahan senyum. Seperti biasa saudara kembarnya ini tidak punya filter dan sopan santun tapi kali ini ia membiarkannya. Senang juga melihat wajah merah padam kepala sekolah yang menahan malu. Wanita paruh baya itu mengipasi wajahnya dengan proposal yang baru mereka ajukan dan terburu-buru mempersilakan keduanya keluar.

"Bagaimana? Memang aku ini yang paling keren sejagat raya," sombong Haechan. Ia merangkul bahu kakak kembarnya itu dan mencuri kecupan pada pipinya sebelum berlari kencang.

"LEE HAECHAN SINI KAU!!"

"Tidak mau! Nanti digebuki!"

"Bukan! Kita harus mempersiapkan eventnya bodoh!"



.



"Huang Renjun, kuserahkan tanggung jawab gallery karya seni padamu," Haechan menunjuk Renjun dengan sebuah penggaris kayu. Ia kembali berjalan mondar-mandir di depan papan tulis dan beberapa panitia yang telah terpilih untuk mengurus event pekan seni dan olahraga itu.

"Ayay, boss," Renjun berdiri lalu membuat tanda hormat. Sebelum kemudian melemparkan sebuah permen pada wajah Haechan, "tidak usah sok serius!"

"Sudah ada berapa lukisan yang akan dipajang rencananya?"

"Baru lima," jawab Renjun, "rencananya aku tidak hanya mau mengambil dari ekskul lukis saja tapi juga membuatnya terbuka. Semua orang yang berminat untuk memamerkan lukisan, patung, karya tangan, puisi, atau fotografi yang mereka buat dipersilakan ikut ambil bagian dan memeriahkan suasana.

"Bagus-bagus," Haechan mengetuk-ngetuk penggaris kayunya ke telapak tangan.

"Karya seni, orang-orang bisa menyalurkan ide-ide mereka sekaligus mendapatkan inspirasi dari karya lain."

"Meningkatkan rasa percaya diri juga," tambah Jeno. Ia duduk santai di kursi kebesaran president. Agak pusing memerhatikan punggung Haechan yang berjalan mondar-mandir membelakanginya seperti setrika.

"Ah masa? Biasanya kalau kita melihat karya yang lebih bagus atau hebat kita cenderung merasa insecure dan krisis percaya diri," ujar Chenle. Ia sibuk memutar-mutar lihai pennya di antara sela jemari bagai baling-baling.

"Karena itu-" Haechan berdehem sebelum melanjutkan, "dari sana kita harus belajar. Setiap orang memiliki stylenya sendiri, berbeda-beda. Apa yang bisa kita buat belum tentu orang lain bisa buat dan sebaliknya, apa yang tidak kita punya pasti dipunyai orang lain."

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang