43. Action!

4K 578 73
                                    

*play the song 👏🏻

"Mau kubantu?"

Tangan Jaemin terulur tulus, meminta sebuah tas hitam dari kanvas anti air yang tersampir di bahu kiri Jeno.

Baru saja mereka mendarat di bandara dan kini menunggu jemputan yang akan datang, tepatnya berdiri bertiga di lobby. Bandara amat sepi, hampir lengang tanpa lalu lalang manusia.

Maklum, pesawat yang mereka tumpangi merupakan pesawat terakhir yang diizinkan mendarat di China. Burung besi membawa kembali seluruh warga negara yang sempat berpencar dan berkelana ke berbagai negara di dunia dalam rentang waktu beberapa minggu ini.

Penarikan besar-besaran diputuskan oleh pemerintah tanpa alasan yang transparant.

Mereka bertigalah imigrant yang tak seharusnya berada disana.

"Tidak usah," jawab omega berpakaian serba hitam dari ujung kepala hingga kaki itu. Topi hitam menyembunyikan sorot mata tajamnya.

Bohong jika bilang Jeno tak gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bohong jika bilang Jeno tak gugup. Pasalnya jantungnya berdetak tak karuan, takut jika lagi-lagi ada tak terduga yang mengobrak-abrik siasatnya.

Mereka sudah sampai di Changhun setelah bertolak dari Incheon. Dua jam mengudara tidak menenangkan Jeno dan segala pikiran negatifnya.

Yah, sebenarnya sempat terhibur dengan tingkah norak Jaemin juga sih. Laki-laki itu kebingungan saat ingin membuka pintu toilet pesawat namun malu bertanya pada pramugara yang berjaga atau pramugari yang lewat.

Laki-laki itu mendatanginya dengan ekspresi panik yang kentara. Memegangi selangkangannya seperti anak kecil dan memohon pada Jeno untuk dibantu.

Beginilah jika diputar ke satu setengah jam yang lalu.

"J-jeno-ya? Tolong bantu aku," bisik Jaemin terburu.

"Bantu apa?" Jeno menguap lebar. Ia kurang tidur setelah memastikan semua sesuai dengan rencananya.

"Tolong bantu bukakan toilet? Aku tidak tahan lagi."

"Huh?" Jeno mendongak tidak mengerti. Didapatinya wajah Jaemin memerah dan memelas.

"BAHAHAHAHA, BEGITU SAJA TIDAK BISA!" ejek Haechan. Laki-laki itu memainkan ear piece kuning cerahnya lihai, ia menyeringai kesenangan mendapatkan hiburan.

Wajah Jaemin semakin memerah malu. Jika bukan karena kebutuhan kandung kemihnya yang hampir meledak, Jaemin juga tidak mau meminta bantuan dan mempermalukan dirinya sendiri.

Maklum ini pertama kalinya ia menjejak burung besi.

Jaemin tahu Jeno geli. Aih, sudah tak ada harga diri ia di hadapan sang pujaan hati.

Untung laki-laki itu berbaik hati. Tanpa ejekan atau cemoohan, Jeno melepas seatbeltnya lalu berdiri.

"Sini kutunjukkan caranya."

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang