38. Congratulations

5.7K 760 125
                                    

*Play the song 👏

"Papa sengaja ya mengulur-ulur waktu?! Memberi kesempatan untukku dan Haechan supaya menyelesaikannya sendiri?" Tuduhan langsung Jeno lontarkan pada sang Papa tercinta begitu menginjak area luar pintu ruang persidangan.

Setelah Jeno pikir-pikir, Seunggi lebih banyak pasif dan terlihat tak peduli. Malah ia dan Haechan yang sibuk kesana-kemari mencari info dan melakukan penyelidikan secara ilegal. Tanpa bantuan penegak hukum yang bernama polisi dan bergantung pada informan-informan rahasia.

Seunggi berjalan santai keluar dari ruang sidang. Ia lagi-lagi melirik jam tangannya, cemas betulan lupa memberi makan ikan-ikan mas kokinya di rumah karena Irene sedang izin pulang ke kampung halamannya.

"Yah... Begitulah," respon Seunggi seadanya. Ia melemparkan tatapan penuh ejekan pada keluarga Yeri beserta Yoojung. Yeri sendiri berekspresi datar saat tatapannya bersitumbuk dengan Jeno dan Haechan.

"Wah, orang tua menyebalkan," gumam Haechan. Sikutan Jeno tidak ia pedulikan, asyik menatapi Renjun yang berjalan tertunduk di sebelahnya.

Jeno kembali bertanya, "untuk sidang ini kalau memberikan seluruh bukti yang tersisa pasti kita akan menang kan?"

"Pasti," tegas Seunggi, "masih banyak kartu yang belum kuletakkan pada meja hijau ini."

"Tapi bagaimana untuk sidang yang lain? Pabrik mi instant kita masih ditutup dan terus diselidiki."

"Mereka seperti gagak yang mencari bangkai di antara kumpulan daging segar."

Seunggi mengangkat bahu, "itu tugasmu. Cari Hyunjoong sampai ketemu. Aku sudah memberikan laporan komposisi yang benar tapi ditolak dan dianggap palsu."

"Siapapun yang ada di balik ini senang bermain-main dengan api rupanya."

Jeno mencebik sebal. Orang tua di sebelahnya ini sungguh santai dan cuek. Seolah ia tak berusaha mati-matian mengelola perusahan yang hampir mendominasi benua Asia itu.

"Jeno, ini bukanlah apa-apa. Kalau kau benar-benar serius ingin mengubah undang-undang kau akan mengalami sesuatu yang lebih kotor dan berbahaya."

"Anggaplah ini simulasi untuk melatih kerja otakmu dalam mengambil keputusan dan menyusun rencana," tambah Seunggi.

"Para alpha memilik otak yang lebih licik seperti tikus-tikus berdasi yang makan gaji buta itu."

Di sebelah Seunggi Taeyong berceletuk, "alpha suka sekali menuntut dan memanipulasi hukum seperti yang baru kau lihat, Tuan Muda."

Kemudian ia melirik Doyoung yang menatap kosong patung Dewi Themis yang berdiri kokoh di tengah-tengah lobby kejaksaan. Sang Dewi keadilan seolah menyeringai, mengejeknya yang terlalu terburu-buru mengambil keputusan dan mempercayai korban yang ternyata adalah pelaku. Matanya yang terselubung kain seolah mampu menatap Doyoung remeh.

Kasus pertamanya terancam berakhir memalukan. Tidak ada lagi ekspektasi gemilang berhasil menyelesaikan satu kasus yang menggemparkan dan menguak kebenaran yang perusahaan besar Seunggi sembunyikan. Ia diperdaya oleh kepercayaannya sendiri.

"Tuan boleh aku minta waktu sebentar?" Izin Taeyong, "sepuluh menit saja."

"Silakan. Lagipula ada yang ingin kubicarakan dengan keparat kecil ini," Seunggi melirik sinis pada Renjun.

"Kenapa temanmu tidak ada yang benar sih Chan, Jen?" Keluh Seunggi, "pertama Jaemin sekarang si kerdil ini."

Renjun dan Jaemin meneguk ludah. Namun mereka sama sekali tak bertatapan dan mengekori Seunggi yang berjalan memimpin di depan. Siap menerima hukuman.


OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang