*play the song 👏🏻
Pertengahan Agustus hampir tiba, tandanya Jaemin bersiap-siap terlahir kembali menjadi seorang mahasiswa.
Tes tertulis universitas telah terlewati, formalitas sebagai tiket pendaftaran mendaki. Kini tinggal mempersiapkan diri setelah yakin pada pilihannya dan berjuang sekuat tenaga untuk mencapai keberhasilan yang telah menanti di puncak gunung tinggi.
Sembari duduk santai di salah satu meja menunggu pelanggan datang, Jaemin teringat sesuatu.
"Jadi kau calon mahasiswa hukum, huh?" Doyoung menyandarkan dagu di atas tangannya yang bertumpu pada permukaan meja sambil mengangkat sebelah alis tertarik pada Jaemin. Tangan yang lain senantiasa mengaduk jus semangka konstan.
"Ne, hyung," jawab Jaemin.
"Hum..." Doyoung mendengung pelan. "Jadi... Apa alasanmu masuk hukum?"
TRAK
Dengan senyum sumringahnya, Taeyong meletakkan senampan roti dan berbagai pastry ke atas meja. Ia menyeret kursinya mendekat terlebih dahulu baru duduk dan menyantap satu roti kopi.
"Um..." Jaemin mengangguk tidak enak pada Taeyong yang menunjuk tumpukan rotinya menawarkan. Ia mengambil satu yang paling kecil lalu menggigitnya sedikit sebelum menjawab Doyoung ragu.
"Kurasa aku akan lebih baik berada di hukum dibanding bisnis."
"Kenapa berpikir begitu?" Alis Doyoung mengkerut heran. "Hukum, bisnis, apalagi pertimbangan lainnya?"
"Hanya hukum dan bisnis."
Doyoung menyeruput jusnya, masih menunggu karena tahu gerak-gerik Jaemin yang meragu. Seperti ada yang ingin disampaikan namun ditahan.
"Jeno hanya memberi dua pilihan," bantu Taeyong, "hukum atau bisnis."
Ia cepat-cepat menyela melihat mulut Doyoung terbuka lebar ingin berbicara. "Mereka terlibat dalam suatu... Er.. kerjasama?"
Taeyong sendiri tidak tahu apa jelasnya karena Jeno hanya mengatakan, "kami partner resmi yang terikat dalam perjanjian."
Jadi ia hanya bisa menyimpulkan begitu. Mungkin sedikit lagi Jeno akan memberitahu bila membutuhkannya.
"Wah... Si bos kecil ini benar-benar hobi menyuruh-nyuruh ya?" Sarkas Doyoung, "kau tak ada bedanya dengan Taeyong. Seorang alpha seharusnya bisa berdiri sendiri dan malah mendominasi seorang omega."
"Kok kau kebalikannya?"
Jaemin meringis malu. Bingung juga harus menjawab apa karena tatapan Doyoung itu sangat-sangat heran. Murni kebingungan.
Bagaimana ya? Jaemin tidak keberatan juga sih didominasi dalam kehidupan sehari-hari. Yang penting ia masih didengarkan dan diperlakukan dengan baik, tidak dikasari apalagi dipukuli.
Yang paling utama, Jaemin percaya Jeno tidak akan menuntunnya ke jalan yang salah. Seperti Bunda.
"Kalau seandainya dibebaskan lebih dari dua pilihan itu, kau mau memilih apa?" Tanya Doyoung lagi. Sudah menyerah dikelilingi orang-orang yang lebih mengutamakan hati dibanding logika.
Lembek. Menyebalkan. Sampai mulutnya berbusa pun mereka punya seribu alasan.
Jaemin bingung lagi. Ia merenung sembari menggigit rotinya diperhatikan Taeyong dan Doyoung.
"Kau sendiri kenapa menerima bergabung dengan Jeno kalau tidak suka dengan sifatnya?" Gumam Taeyong sebal.
Tidak suka dia tuan mudanya dijelek-jelekkan. Di saat tidak ada yang peduli dan kantuk enggan mendatangi, Jeno menemaninya mengobrol berdua di tengah malam. Tidak memedulikan udara dingin yang menghembus dan betapa gelapnya taman belakang sembari menyeruput secangkir kopi hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanfictionDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...