*play the song 👏🏻
Belajar matematika, oh betapa menyenangkannya.
Papan tulis penuh akan guratan tulisan asal-asalan Yoongi Songsaenim yang seharusnya dibaca sebagai angka dan rumus dengan segala macam segitiga, alfabet, kurung kurawal, limit, dan lainnya itu. Mengulang kembali materi-materi yang pernah menjadi momok dua tahun sebelumnya.
Tidak perlu dijabarkan. Biasalah. Pelajaran yang membuat sakit perut dan panas kepala.
Para murid berusaha mencerna apa yang Yoongi jelaskan beberapa menit lalu dengan nada monoton dan tatapan tak tertarik. Sebagian mencatat dan mencoba menghitung ulang contoh soal yang diberikan, sebagian lagi memberikan tatapan kosong dan ketara sekali tidak mengerti.
Mau bertanya tapi bingung letak tidak mengertinya dimana.
Biasalah, problema seorang pelajar dengan kemampuan otak seadanya. Sudah kurang diasah, tidak memiliki keinginan mencari tahu yang besar pula.
Hasilnya: diam saja karena takut dikira bodoh bila penjelasannya ternyata sederhana dan begitu mudah dicerna.
Tapi yang namanya matematika ini, adalah pelajaran yang paling diagung-agungkan oleh seluruh orang tua dan katanya memiliki tingkat kesulitan amat sangat tinggi.
Penentu kecerdasan intelektual seseorang, stereotype kuno yang sudah mengakar sejak zaman dahulu. Dan juga takhta tertinggi pelajaran yang paling dihindari sebagian besar manusia, tetaplah akan ada di ujian akhir dan ujian masuk universitas bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Matematika ini membuat para siswa ingin meminum rebusan catatan rumus saking putus asanya.
"Renjun-ah," panggil Jaemin. Gesekan pelan guratan pensilnya yang mencorat-coret buku catatan bosan sedikit mengganggu Renjun yang tengah serius memindai papan tulis.
Tidak perlu dicatat, ia hanya perlu mengingat. Otak Renjun memiliki ingatan fotografis yang didambakan para pelupa seluruh dunia.
"Hm?"
Jaemin menutup mulutnya kembali lalu buru-buru mencatat jawaban soal terakhir sebelum Yoongi berdiri dengan santai dengan sebuah penghapus besar di tangannya.
"Tunggu, Saem! Jangan-"
Yoongi menghapus tulisannya sendiri tanpa memedulikan pekikan panik dan keluhan para siswa yang belum selesai mencatat.
Tak ada ampun, butiran kecokelatan halus sudah menggunung di bagian bawah jam pasirnya setelah ia balik tepat pada waktu tujuh menit lalu.
"Time is money," balas Yoongi cuek. Kemudian ia mengeluarkan spidol dari kantung blazernya dan membagi papan tulis menjadi tiga dengan garis vertikal.
Beberapa siswa seketika mengeluh, sudah membaca apa yang akan Yoongi lakukan. Diuji ke depan untuk menjawab pertanyaan.
Sasarannya acak tergantung mood sang guru yang sulit dibaca, bisa saja sebagian dari mereka akan berlutut di depan kelas sambil mengangkat kedua tangan lurus ke atas selama tiga puluh menit.
Materi yang rumit membuat para siswa di kelas 3-2 itu berkeringat dingin. Jantung berdebar-debar tidak ingin dipilih, membaca kilat coretan sang guru matematika yang menulis begitu cepat seperti hampir tidak berpikir.
"Silakan maju bagi yang mau."
Horror. Kalau sudah dipersilakan seperti itu, harus ada yang maju sebagai relawan. Kalau tidak-
"Oh tidak ada. Kalau begitu saya yang pilih."
Kan.
Masing-masing mengumpat dalam hati, menghindari tatapan sipit sang guru matematika yang asyik mencari mangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanficDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...