44. Unexpected

3.4K 557 68
                                    

*play the song 👏🏻

Jaemin menelengkan kepala ke arah Hyunjoong. Kedua tangan terangkat ke atas berpura-pura menyerah untuk membuat laki-laki paruh baya itu lengah. Ia melirik ke belakang memberi tanda, menyuruh yang lain lakukan hal yang sama.

Desau angin mengisi suasana penuh ketegangan itu. Sesekali kaokan burung terdengar di kejauhan diikuti gesekan rimbun semak dan daun yang bergeser di atas tanah.

KRAK

Suara terakhir berasal dari Hendery yang menginjak jemari seseorang hingga patah.

Ten, Hendery, Kun, dan Xiaojun membatu di tempat, menunggu instruksi selanjutnya.

"Aduh ahjussi ini benar suka bermain api rupanya," celetuk Haechan. Ia berjalan membelah Xiaojun dan Kun melewati mereka seperti sebuah pintu ganda yang terbuka.

Satu tangannya terangkat santai, satu lagi melambaikan sebuah file plastik berwarna kuning terang. Berisi perjanjian dan penawaran untuk Hyunjoong.

"Kami datang dengan damai ahjussi. Tidak perlu panik seperti itu."

Gerak-gerik Haechan sangatlah santai. Seolah ia tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa bangkai seekor burung tergeletak di dekat kaki Hyunjoong. Senjata itu tidak palsu. Dan akurasi tembakan sang paruh baya tidak main-main tepatnya.

Hyunjoong menyeringai. Tak sedikitpun tangannya beralih dari Jaemin. Pistol pendek itu masih menodong tepat pada jantung sang alpha remaja.

"Oh, aku memang suka bermain dengan api," setuju Hyunjoong, "dan dalam... Dua menit lagi-"

Laki-laki paruh baya itu melihat arloji di tangan kirinya sekilas untuk memastikan, "pabrik luasmu itu akan terbakar hebat."

"Oh begitukah?" Tanya Haechan. Ia menekan ear piecenya, "kau dengar itu, Jen? Katanya pabrik kita akan terbakar hebat."

Di seberang Jeno merespon percaya diri, "katakan padanya. Tahu tidak kalau kesetiaan seseorang tidak bisa diukur dari seberapa lama mereka bekerja? Uang bisa mengubah segalanya."

Haechan mengangguk-angguk lalu bertepuk tangan. Ia bergeser mendekat, lalu merangkul Jaemin akrab.

"Ahjussi, kata kembaranku kau itu tolol dan miskin. Suruhanmu membeberkan semua rencana begitu kami tawarkan jutaan won. Mudah sekali ya mereka berpindah pihak ya?"

"Haechan bukan itu tepatnya perkataanku," gumam Jeno sebal.

Jaemin menanggapinya dengan kekeh ringan. Dua bersaudara ini benar-benar memanfaatkan sumber daya mereka sebisanya. Dimulai dari uang yang berlimpah, ancaman pada orang yang lebih lemah akan pemutusan hubungan kerja, hingga pelacakan telepon oleh Renjun sampai ke pesan-pesan pribadi mereka.

Hyunjoong memucat. Ia menatap tak percaya Haechan dan Jaemin yang mengangkat bahu ringan.

Dua menit sudah terlewat dan ia tak mendapatkan kabar yang dijanjikan melalui ponselnya.

Jaemin dan Jeno bergerak semakin mendekat, melangkah dengan gagah berani.

DOR

Pistol yang semula terarah pada Jaemin ternyata berbelok pada Haechan. Letusan tembakan itu membuat Haechan terdorong mundur dan memegangi perutnya.

"Argh, sialan," umpat Haechan.

Belum sempat berpuas hati, Hyunjoong merasakan pukulan kuat pada rahangnya. Pistolnya terlempar lepas dari genggaman, terbanting berisik menubruk paving abu muda.

Tak sampai di situ sol bergerigi tajam menyandung kakinya sampai dunia terasa berputar ke samping. Kepalanya membentur lantai dan poros seolah berotasi membingungkan syarafnya.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang