30. A Bad Boy

6.1K 817 79
                                    

*Play the song 👏

Berhari-hari Jeno berpikir dan mencari informasi. Rahasia bahwa kontrak digitalnya hilang hanya diketahui oleh Seunggi, Haechan, tim IT perusahaan, dan dirinya.

Sementara secara fisik kontrak itu sudah raib dihancurkan entah oleh siapa. Kamera CCTV dan teknologi canggih mereka tidak bisa mengidentifikasi serta melacak si pelaku berpakaian hitam itu. Dia seperti hantu, bisa menghilang secara tiba-tiba tanpa jejak.

Oh, hampir saja lupa: dan Yeri.

Apa wanita itu yang memberitahukan Yifan? Timingnya pun pas sekali, saat ia pergi ke toilet Yifan datang menggantikan.

Jeno ingin memercayai Yeri. Serius, wanita itu tidak pernah mengganggu dan berlebihan meskipun jelas-jelas naksir padanya. Yeri cukup bersahabat... Mungkin?

Atau salah satu karyawannya berkhianat dan membocorkan informasi itu keluar? Yang mana? Ada sekitar lima orang yang patut dicurigai kalau begitu.

Tapi... Ergh kepala Jeno pusing!

TING

Satu pesan masuk ke ponselnya. Dari nomor tak dikenal pula.

"Tawaranku terbatas lho... Kau benar tidak mau tahu?"

Jeno mengernyitkan dahi. Tanpa bisa dicegah ia langsung memikirkan sosok spesifik yang ditemuinya beberapa hari lalu di cafe: apa benar Yifan pelaku di balik nomor misterius ini?

TING

Datang pesan tambahan yang tak terduga.

"Satu lagi deh, kenal Shin Hyunjoong tidak? Itu lohh, manager produksi pabrikmu di Seochon."

Shin Hyunjoong? Laki-laki itu telah Jeno dan Haechan cari selama berhari-hari namun keberadaannya seperti telah hilang ditelan bumi. Keluarganya ia telantarkan dan kabur begitu saja pada suatu malam membawa beberapa perhiasan yang ada di dalam rumah. Seluruh tabungannya di bank telah dicairkan dan dikuras habis tanpa sisa.

Jeno rasa Seunggi juga sudah mencari laki-laki itu sejak lama namun hasilnya sama: gagal tanpa hasil yang memuaskan. Begitu pun dengan seluruh orang yang telah mereka kirim dan sebar ke beberapa wilayah.

"Datang sendiri ke alamat yang kuberikan kalau kau berubah pikiran. Aku sudah rela bersusah payah mencari info yang kau butuhkan."

Kacau. Persidangan sudah dekat dan tumpukan dakwaan tidak membantu Jeno berpikir jernih.

Apa ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Lee company dan keluarganya?

.

Ini kali ketiga Jeno menelepon Jaemin malam ini. Tidak biasanya laki-laki itu tak mengangkat. Apa ia sibuk?

Jeno mencoba sekali lagi. Oh! Akhirnya diangkat setelah dering ketiga.

"Jaemin-ssi, apa kau bisa membantuku?" Tanya Jeno tanpa basa-basi.

Krasak krusuk terdengar di seberang sambungan. Jeno menjauhkan ponselnya, memastikan sinyal dan pulsanya masih tersedia sebelum kembali mendekatkan benda tipis itu ke telinga.

"Jeno-ya?" Suara Jaemin terdengar samar. Sepertinya laki-laki itu berada di tempat yang ramai. Terbukti dari bising percakapan dan bunyi musik berbagai elektronik yang campur aduk di sekelilingnya.

"Bantu apa ya? Kapan?"

"Kau dimana?" Tanya Jeno bingung. Malam-malam seperti ini bukankah seharusnya Jaemin bekerja di minimarket?

"Aku ada di Gukje Market ," jawab Jaemin cepat, "sedang menemani Renjun beli keyboard dan headphone baru."

Oh. Renjun.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang