*play the song 👏🏻
Seoul, Juni 2018
"Kalian sudah siap?" Haechan membuang napas gugup ke arah mic hingga dengusannya itu terdengar nyaring di tengah-tengah kepadatan orang-orang yang berlalu lalang di salah satu sudut daerah Hongdae.
Tempat yang hidup, ramai, dan penuh remaja seperti mereka.
"Aku masih berpikir kalau ini bukanlah ide terbaik, Chan," gumam Jeno yang tengah menyetem gitar bassnya, berdiri di sebelah Haechan. "Sasaranmu itu bukan orang... Biasa. Ditolak di tengah umum bukan sesuatu yang aku ingin kau rasakan."
"Hei, jangan khawatir! Siapa sih yang bisa menolak pesonaku?" Tanya Haechan setengah bercanda. Serius deh, kok lama-lama perutnya mulas dan mulai menyesali rencana ini ya?
Haechan mengedarkan pandang ke sekeliling, memindai sebagian anak muda yang sepertinya menunggu penampilan mereka antusias.
Bagaimana tidak antusias jika yang mereka lihat adalah empat laki-laki tampan dan terlihat dominant tengah mempersiapkan alat musik mereka? Berniat busking atau lebih tepatnya membantu yang satu menyatakan perasaan pada gebetannya.
Tipis-tipis, menyatakan cinta berkedok menampilkan penampilan gratis.
"Jeno-ya!" Panggil Jaemin dari belakang kembar itu. "Boleh minta tolong dengarkan sekali lagi chord yang kumainkan? Apa sudah benar?"
"Tentu," balas Jeno meninggalkan Haechan. Tempatnya digantikan oleh Mark bersama gitar listriknya. Ia memetik beberapa senar, tebar pesona sekaligus memamerkan kelincahan jemarinya.
Haechan dan Mark memutar tubuh ke belakang, asyik menatapi Jeno yang mengangguk-angguk sambil memindai jemari Jaemin yang agak kaku menari di atas tuts-tuts putih dan hitam.
Saat Jaemin berkonsentrasi luar biasa menunjukkan hasil latihan satu bulannya bersama Jeno, sang omega tersenyum tulus dan mengetuk lembut telapak tangan Jaemin yang sedikit bergetar. Menenangkan sekaligus memberikan dukungan tersirat.
"Kau benar-benar yakin dengannya, hum?" Tanya Mark. Ia melirik Haechan dari sudut mata.
Haechan mengangguk pasti. "Aku sudah tidak tahan lagi. Perlu kejelasan secepatnya sebelum pergi ke Kanada bersamamu, Mark."
"Kalau benar ditolak, lalu bagaimana?"
"Aku akan minta kesempatan dong! Aku punya satu tahun untuk meluluhkannya, bukan begitu?" Ujar Haechan percaya diri, "kalau sampai akhir Renjun belum menyukaiku, berarti ya sudah. Setidaknya aku pergi tanpa membawa-bawa beban perasaan yang belum pasti."
"Sekaligus move on juga."
"Sepertiku ya?" Canda Mark. Setengah miris.
Haechan tersenyum tipis lalu mengangguk sedih. Ia memainkan mic di genggamannya perlahan, menunggu kode dari sang sahabat yang bertugas menjemput Renjun ke titik temu.
FLASHBACK
"Aku menyukai Renjun," umum Haechan tanpa keraguan. Ia berkacak pinggang di depan empat orang yang melongo tidak menyangka akan diberitahu informasi itu setelah dipaksa berkumpul di kamarnya.
Hening sejenak. Tidak ada yang berbicara, malah saling lihat-lihatan bingung harus memberi reaksi apa.
"Aku... Tahu?" Celetuk Jeno dari atas kasurnya. Kakaknya itu meletakkan guling yang semula dipeluknya ke atas ranjang perlahan. "Lalu apa yang harus kulakukan dengan informasi ini?" Herannya.
Di sebelahnya, Jaemin mengambil guling itu. Gantian memeluknya karena bingung harus melakukan apa di saat Haechan menatapnya lamat seolah mengharapkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanfictionDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...