* play the song 👏🏻
"Aku tidak sabar untuk melihat dunia."
Harapan dan penantian tersemat begitu kuat dalam satu kalimat. Vokal yang baru saja mengudara ditelan habis keheningan. Jaehyun sangat fokus membuka lilitan perban yang membebat kepala Haechan.
Keringat menitik deras dari dahi, takut akan kegagalan yang bisa saja menyelinap menghancurkan reputasi tanpa cela. Jaehyun berhenti sebentar, ia menoleh pada Johnny yang memegangi nampan besi di sebelahnya.
"Bisa, kau bisa," semangat Johnny tulus. Raut iseng yang biasa Jaehyun temui berganti dengan kobaran keyakinan yang berapi-api, "kalau tidak bocah ini siap memutilasi tubuhmu dan memberikannya pada-"
"Aish, diam!" Rutuk Jaehyun. Menyesal mengharapkan support dari si alpha tua menyebalkan. Ia meneguk ludah gugup lalu kembali mengangkat tangan, sedikit gemetaran melepas satu lilitan yang tersisa.
"Sudah," umum Jaehyun. Ia dan Johnny mundur perlahan memberikan Haechan ruang lalu berdiri di sebelah Jeno, "buka matamu pelan-pelan."
"Sangatt pelann," beo Jaemin dari sebelah Jeno.
Haechan membasahi bibirnya gugup. Matanya terasa super lengket dan ... Aneh? Sejak kapan punya mata bagaikan anomali yang tak biasa?
Awalnya segaris putih. Haechan meremat selimutnya takut, jantungnya merespon dengan debaran yang juga sama menakutkannya. Haechan dapat mendengar degupnya di kepala. Ia seolah berimajinasi mendengar desiran darahnya yang mengalir deras laksana sungai.
Suasana di sekitarnya juga sangat hening. Jeno sama sekali tak membuka mulut daritadi, netranya awas memerhatikan setiap gerak-gerik Haechan. Siap meluncur bila ada sesuatu terjadi di luar batas wajar.
Sedikit lebih lebar, masih putih. Kali ini lebih benderang dan menyilaukan.
Jeno mendekat hati-hati. Ia terkesiap kaget saat tiba-tiba Haechan memekik kencang.
"AAHH! Tolong matikan lampunya!" Mohon Haechan. Tangannya refleks menutupi mata kesilauan.
Dengan gesit Jaehyun berlari menuju saklar lampu. Ia tidak mematikan namun mengurasi intensitas cahayanya menjadi redup. Cukup hanya untuk melihat siluet benda-benda di sekitar.
Bagai gerakan slowmotion Haechan menurunkan tangan dan matanya terbuka sepenuhnya, tak lagi kesilauan hampir seperti buta. Kedua mata Haechan seolah mengeluarkan cahaya di antara kegelapan. Berpendar hijau kekuningan magis mirip seperti kucing.
Ia memindai sekeliling dan mulutnya ternganga. Dulu, jika tiba-tiba lampu dimatikan yang bisa Haechan lihat hanyalah hitam dan nuansa kebiruan gelap. Kini ia bisa melihat violet bahkan merah tua dan... Biru cerah?
"Fine? Are you fine?!" Tanya Jeno khawatir. Ia berderap ke samping Haechan dan memegangi tangannya yang sedikit gemetar.
Asap apa itu? Apa ada seseorang yang memainkan trik sulap?
Tapi mengapa material yang kabur dan bergerak-gerak aneh itu keluar dari tubuh Jeno dan... Siapa itu? Samar sesosok tinggi yang berjalan hati-hati dengan snelli putih dan kacamata bening, berkulit putih dan berlesung pipi, menyematkan senyum penuh harap.
Rautnya agak cemas dan laki-laki itu berdiri di sebelah Jeno, mendekatkan wajah pada subjek penelitiannya.
"Aku Jaehyun," ucap Jaehyun hati-hati, "kau mengingat suaraku kan?"
Haechan menganga, terhipnotis dengan wajah ilmuwan tampan dan muda di hadapannya. Ia melirik melewati bahu Jaehyun menuju Jeno yang juga menunjukkan raut serupa.
"Dok, kau terbakar."
"Huh?" Johnny dan Jaehyun bertatapan panik. Masing-masing memutar ulang memori operasi berjam-jam mereka kemarin, mencari dimana letak kesalahan dan kurangnya ketelitian. Jaehyun yakin sudah menjahit satu persatu syaraf dan menyambungkannya ke otak Haechan dengan sempurna. Mereka juga sudah menunggu jaringan itu menguat sendiri dan bersatu secara alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanfictionDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...