36. Stay With Me

5.2K 778 50
                                    

*Play the song 👏

"Kepalaku tambah sakit," keluh Jaemin. Ia berjalan tertunduk melintasi lorong rumah sakit sambil mengurut keningnya.

"Informasi hari ini terlalu mendadak, otak kecilku tidak siap dan mengalami degradasi."

Jeno tertawa kecil. Tangannya terangkat ingin mengusak surai Jaemin namun diturunkan kembali. Omega itu kembali memegang tongkat kruknya erat-erat.

Membatalkan niat karena takut Renjun melihat. Jeno tidak mau dianggap sebagai perusak hubungan orang.

"Wajar, kau belum fit benar," sebagai gantinya Jeno berujar menenangkan. Tatapannya tertuju lurus ke depan, berjalan pelan-pelan menikmati waktu bersama sang alpha setelah resmi berbaikan.

"Kau duluan saja masuk ke ruangan Bunda," tukas Jeno, "aku ada sedikit urusan."

"Urusan apa?" Mata Jaemin menyipit curiga. Menyadari Jeno berhenti mendadak dan tubuhnya menghadap ke arah meja resepsionist rumah sakit.

"Mau bayar tagihan rumah sakit ya?!" Tuduh Jaemin. Ia menggeleng kuat-kuat sembari berkacak pinggang, "aku bisa sendiri Jeno-ya! Tidak perlu repot-repot!"

"Ta-"

"No! no!" Sela Jaemin, "tidak boleh! Ini tanggung jawabku sendiri!"

Jeno menghela napas dalam. Ia berjalan pelan ke arah resepsionist meninggalkan Jaemin, "ya sudah kau bayar sendiri. Aku cuma mau tahu berapa tagihannya."

"Kalau misalnya uangmu kurang kan bisa kupinjamkan," gumam Jeno, "kau bisa kembalikan kapan saja kok."

Jaemin mau peluk, mau cium, mau memiliki Jeno boleh tidak sih? Kenapa laki-laki itu sangat baik dan manis? Kenapa sesuai sekali dengan kriterianya? Kenapa cocok sekali menjadi menantu Bunda Yoona? Kenapa Jaemin harus mencintainya?

Jaemin semakin sakit kepala saja. Ditambah lagi kini hatinya ikut merasa nyeri karena frustasi.

Keduanya berjalan tanpa menatap satu sama lain. Menuju resepsionist wanita bersanggul yang tersenyum ramah pada mereka.

"Permisi, boleh minta tagihan atas nama Im Yoona?"

"Oh tunggu sebentar, Tuan," selagi sang resepsionist mengutak-atik komputernya Jeno bersandar lelah ke meja besar setinggi dadanya itu. Masih ada yang mengganjal pikiran. Sidang kedua sudah terlewat dan surat pemanggilan ketiga sudah sampai ke tangan Seunggi sementara bukti terkuat masih saja belum didapatkan.

Designer licik itu masih aman dan semakin berkoar-koar. Ekspor enoki dan Hanwoonya masih tertahan, belum selancar dulu meski kesterilan dan kebersihannya sudah dibuktikan. Masih ditarik paksa dari peredaran.

Komposisi mi instannya itu... Shin Hyunjoong masih belum terendus keberadaannya. Seunggi sudah mengirimkan daftar komposisi yang benar pada badan pengawas obat dan makanan untuk diperiksa tapi tetap saja nama baik perusahaan terlanjur tercemar dan tidak dipercaya.

Jeno menginginkan Shin Hyunjoong tertangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Atas dasar apa ia melakukan itu? Lelaki paruh baya itu mendapat kepercayaan penuh Seunggi karena merupakan teman lama.

Satu-satunya yang berjalan lancar hanyalah produksi ponsel pintarnya.

"Tagihan pembayaran pasien atas nama Im Yoona sudah lunas," ucap sang resepsionist membuyarkan lamunan Jeno.

"Huh?" Baik Jaemin dan Jeno kebingungan. Keduanya saling berpandangan heran.

"Dibayar atas nama siapa?" Tanya Jaemin lagi.

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang