71. 20

3.7K 524 35
                                    

Play the song 👏🏻


Rintihan-rintihan pelan mengudara, mengisi kamar yang hening dan sepi itu. Hari sudah mulai pagi, pun suara itu perlahan-lahan semakin mengecil hingga serupa bisikan dan nafas yang tersendat-sendat saja.

Sinar lembut matahari yang mengintip dari celah-celah gorden membelai Jeno agar bangun dan memulai aktivitasnya seperti biasa.

Jarum panjang yang terus berdetak, mengiringi tersadarnya sang pemilik dari dunia mimpi. Untuk menyambut hari yang telah berganti dan umur yang bertambah satu, atau berkurang? Entahlah, yang pasti Jeno menghembuskan napas yang sangat panjang dan berat begitu tersadar.

Sadar bahwa ia telah menginjak kedewasaan dan beban di pundaknya akan semakin memberat, dihantui kekhawatiran dan kegundahan yang tak akan hentinya mengejar.

Jeno menatap kosong langit-langit, masih mengingat rinci apa yang ia rasakan dalam mimpi. Bukan mimpi yang menyenangkan dan membuatnya berdebar penuh antisipasi, namun lagi-lagi sakit dan sesak yang seringkali ia alami.

Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan sangat pelan dan hati-hati. Jeno memalingkan wajahnya diam-diam sembari menghapus bekas air di sudut mata dan pipi yang mulai mengering.

Seseorang yang memasuki kamarnya itu berjalan mendekat lalu duduk bersila di samping Jeno. Ia menyampirkan selimut Jeno kemudian ikut bergabung dan menyelimuti dirinya sendiri, memeluk sang omega yang tersenyum tipis menyadari siapa sosok familiar yang kini memeluknya erat dan mendusali lehernya.

"Ada apa?" Parau Jeno. Ia berdehem sedikit, membersihkan tenggorokannya yang kering dari gumpalan tak kasat mata.

"Hungh~ selamat ulang tahun Jeno kecil," bisik Haechan. Haechan menggesekkan pipinya gemas pada yang lebih tua. Pipi Jeno ditangkupnya lalu hidung mancungnya beradu dengan miliknya sendiri.

Haechan ganti menggesekkan hidungnya pada Jeno sambil mengusap pipi tirus Jeno dengan ibu jari. Seolah tak tahu, ia diam saja merasakan masih ada bekas air mata yang mengerak di permukaan kulit lembut sang kakak.

"Selamat ulang tahun juga, anak nakal," bisik Jeno sayang. Ia melingkarkan tangannya pada leher Haechan, membawa sang beta dalam pelukan erat dan hangat.

Kedua berpelukan tanpa berbicara lagi. Saling menyerap kata cinta dan syukur yang diucapkan tanpa suara.

"Ayo beli banyak soju untuk malam ini."

Ajakan Haechan dihadiahi jeweran pelan oleh Jeno. Tidak habis pikir dengan perilaku adiknya itu.

"Kenapaa~? Kita kan sudah dewasa sekarang!" Rengek Haechan tidak terima. Ia membuka mulutnya lebar-lebar lalu menggigit main-main pipi Jeno hingga kakaknya itu merengek dan mendorongnya menjauh.

"Ayo mengisi banyak lotto juga! Kita bisa melakukannya mulai hari ini!"

Jeno menegakkan tubuh, menggeleng kuat pada Haechan, dan mendorong dahi Haechan dengan telunjuknya agar tetap berbaring.

"Kapan-kapan saja. Papa ada di rumah, kau mau ketahuan dan dimarahi lagi?"

"TAPI KITA SUDAH DEWASA!" keras Haechan.

"Tingkahmu tidak mencerminkan kalau kau sudah dewasa," balas Jeno santai. Ia menggapai ponselnya di atas nakas, mengecek email yang mungkin saja telah dibalas setelah tiga hari tak ada kabar apapun.

"Je~no~" Haechan merengek lebih kencang, sebal dengan kakaknya yang terlalu lurus itu.

"Sstt." Tanpa melihat, Jeno menempatkan telunjuknya di bibir Haechan yang mengerucut sebal. Ia menggeser puluhan notifikasi selamat ulang tahun formal maupun nonformal dari relasinya. "Lakukan saja sesuatu yang berguna. Katanya mau membuat video musik untuk dipamerkan saat masuk universitas."

OMEGAISME || JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang