*play the song 👏🏻
Bingung
Jeno bingung. Seperti saus pedas tteokbokki yang tengah ia aduk-aduk asal saat ini, persis begitulah perasaannya. Teksturnya makin lama makin mencair, meski di beberapa sudut masih kental dan pekat, belum tercampur rata.
Jeno jadi merasa jahat, bahagia di atas penderitaan orang lain.
Kenapa juga ya ia bahagia?
Karena Jaemin putus dengan kekasihnya?
Karena sidang berjalan lancar tanpa hambatan dan dimenangkannya?
Karena bertambah dua partner yang akan sangat berguna?
Karena Seunggi sedikit demi sedikit melunak dan menunjukkan dukungannya?
Semua berjalan terlalu baik sampai aneh rasanya.
Jeno terlalu terbiasa memandang negatif dunia hingga ketika semua berjalan sesuai rencananya ia diselimuti rasa khawatir tanpa jeda.
Jeno mulai menduga-duga akan seperti apa bentuk masalah yang menyambanginya nanti?
"Jeno-ya? Kenapa melamun dan tidak makan? Apa tteokbokkinya terlalu pedas?" Vokal lembut Jaemin memecah lamunan Jeno.
Mata yang teduh dan sorot penuh perhatian sang alpha tidak pernah gagal membuat jantungnya berdebar tak karuan. Sial, sebenernya Jeno malas betul mendefinisikan perasaan anomali yang dirasa.
Biarlah, kalian sudah tahu apa itu. Tidak perlu gamblang meneriakkannya seperti orang tak tahu malu.
"Pas kok," jawab Jeno sambil tersenyum tipis. Ia meringis melihat lelehan mozarella yang kini bercampur hampir rata dengan saus. Tidak lagi nyaman dipandang dan mendingin tentunya.
Sambil menyuap sebuah kue beras Jeno melempar pandang ke sekeliling. Restoran Yoona ramai seperti biasa terutama di hari weekend seperti ini. Gumaman orang-orang yang mengobrol bak dengungan lebah yang terbang memutari sarangnya.
Jaemin melirik sekilas ponselnya yang terletak di atas meja. Ia sendiri menggigit corndog bertabur gula dan saus tomatnya lahap.
"Ayo cepat dimakan, Jaehyun hyung barusan mengirim pesan."
Jeno ikut melirik ponsel Jaemin di hadapannya. Pop up notifikasi itu muncul sedetik sebelum layar kembali mati.
"Bukannya masih setengah jam lagi?" Tanya Jeno heran. Ia menyuap lebih cepat, tanpa sengaja mengotori sudut bibirnya dengan lelehan substansi merah.
Timbul keinginan untuk mengusap dan membersihkan sudut lengkung menawan sang omega tapi Jaemin kalah cepat. Jeno lebih dulu menepuk sudut bibirnya anggun dengan saputangan yang selalu tersedia dalam saku.
Tangan yang menggantung canggung itu Jaemin tarik lagi, dipindahkan menggaruk kepala yang sebenarnya tak gatal demi menutupi rasa malu.
Dalam hati Jeno tersenyum geli, laki-laki ini sulit sekali menahan refleksnya.
Wajar saja jika yang diperlakukan seperti itu suka.
Bayangkan jika Jaemin adalah seorang yang memiliki banyak teman dan relasi, mungkin manusia-manusia itu akan merasakan yang dinamakan zona teman: bertepuk sebelah tangan.
"Dipercepat jadi lima belas menit lagi," ujar Jaemin kikuk. Ia mengulum bibir sambil menatapi tusuk kayunya seolah adalah sesuatu yang paling menarik sedunia.
"Oh okay," sahut Jeno.
Tidak ada lagi pembicaraan di antara keduanya. Mereka tidak menyadari jika satu sama lain menaikkan pandang sesekali dan mencuri lirikan penuh afeksi.
![](https://img.wattpad.com/cover/284119808-288-k823016.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OMEGAISME || JAEMJEN
FanfictionDiantara seorang Alpha dan Omega, mereka membuat sesuatu yang dinamakan 'Omegaisme' Warning ⚠️: -B x B -TOP! JAEMIN -BOTTOM! JENO - Mature Explicit Content - ANGST, romance, friendship, comedy, fluff, slice of life, DRAMA, action, science fiction, i...