49.

7 2 0
                                    

Malam itu, istirahat mereka tidak tenang. Mereka mengatur giliran untuk tidur, tapi semalaman mereka hanya duduk melamun dengan tak banyak bicara. Mereka hanya tidur karena tak sengaja jatuh tertidur, tapi mimpi buruk segera membangunkan mereka kembali.

Keduanya melanjutkan perjalanan meskipun pagi masih sangat gelap. Semakin cepat sampai di Galgalore akan semakin baik. Mereka ingin memastikan nasib teman-teman mereka dan seandainya memang telah terjadi sesuatu yang buruk, kini mereka sekaligus harus segera bicara dengan Raja Galgalore.

Mereka sampai di perbatasan selatan Galgalore di suatu siang, tepat saat matahari berada di atas kepala. Mereka sudah berjalan terus sepanjang siang maupun malam, nyaris tanpa istirahat. Kelelahan sangat tapi kemudian hati mereka tergugah saat melihat pos perbatasan bagian selatan. Mereka mengabaikan rasa lelah dan berjalan lebih cepat untuk mencapainya.

Jauh sebelum mereka tiba di dekat pos perbatasan, seseorang terlihat berlari untuk mendapatkan mereka.

"Tuanku!" seru orang itu.
"Pangeran Moren!" Dia membungkuk hormat begitu dalam di depan Moren sambil mengatur nafasnya.

"Bangun," kata Moren. "Kau tahu ini aku?"

"Sudah diperintahkan pada kami para penjaga, mengenai kedatangan anda dari selatan dan bahwa kami harus segera melapor saat anda tiba."

"Siapa yang memerintahkan demikian?"

"Kapten Travio."

"Bawa aku padanya!"

Penjaga itu membungkuk hormat dan menjulurkan tangan ke arah pos penjagaan. "Mari, Tuanku."

Moren berpandangan dengan Coral. Tidak ada kecurigaan dari penjaga pos terhadap mereka, seseorang pasti sudah bicara mengenai mereka.

"Apa kau mengetahui tentang adikku?" tanya Moren pada penjaga selagi berjalan.

"Tuan Putri Hyereen?" jawab penjaga itu.
"Ya! Tuan Putri tiba di Galgalore, kira-kira seminggu yang lalu. Tuan Putri masuk melalui perbatasan ini. Tuan Putri bersama ketiga tamu yang menyertainya langsung menuju istana setelah bicara dengan kapten dan Yang Mulia di pondok."

"Hyereen bersama ke tiga tamu? Kau yakin?" tanya Moren lagi.

"Ya, Tuanku Pangeran."
Sebenarnya penjaga itu ingin menambahkan kata aneh saat mengatakan para tamu, tapi ia mengurungkan niatnya melihat orang yang menyertai pangeran sepertinya juga bukan manusia biasa.

"Coral kau dengar itu?" Moren tertawa.
"Mereka ada di sini! Mereka berhasil!"

"Ya!" Kecemasan dalam hati Coral seketika lenyap. Peri itu tertawa keras sekali karenanya. Moren tidak berusaha mencegahnya tertawa demikian meskipun karenanya si penjaga pos jadi melihat Coral dengan tatapan aneh.

Saat itu mereka sudah tak jauh posisinya dari pondok. Malvis Travio buru-buru keluar saat mendengar seseorang tertawa dengan keras. Dia menyambut gembira kedatangan Moren dan Coral.

Malvis membawa Moren dan Coral masuk ke pondok. Di sana ia menceritakan sedikit mengenai Hyereen dan yang lain. Dia juga memberi sedikit gambaran pada Moren mengenai persiapan pasukan kerajaan yang sudah diatur oleh raja. Moren dan Coral lega sekali mengetahui semua rencana berjalan lancar, hanya tinggal menunggu para Rockbum sampai pada posisinya maka segala sesuatu akan siap.

"Kereta kuda sudah disiapkan, Tuanku Pangeran." Malvis sudah bersiap-siap untuk membawa pangerannya kembali ke istana.

"Kereta?"

"Ya, Yang Mulia sementara tidak ingin kepulangan anda dan Tuan Putri diketahui orang banyak untuk menghindari kehebohan."

Moren mengangguk. Dia menggosok tengkuknya dan menghela nafas.
"Tapi aku lelah sekali, Malvis," katanya. "Bisa tidak kita berangkat setelah aku tidur sejenak?" Dia dan Coral sudah berjalan terus dengan nyaris tanpa istirahat selama perjalanan setelah dari celah Tanah Merah. Perasaan mereka kacau karena rasa cemas, sehingga mustahil mereka tidur dengan benar. Kini setelah semua jelas bagi mereka, setelah kecemasan itu layak dilupakan_ Moren mendadak merasa sangat lelah.

Malvis tidak bertanya-tanya. Dia membungkuk hormat, "Akan saya persiapkan tempat untuk anda, Tuanku." Lalu ia menghilang dari ruangan itu.

Moren mengalihkan perhatian pada Coral. "Kau keberatan kita berhenti sebentar, Coral? Aku yakin begitu tiba di istana kita akan sibuk sekali, banyak yang akan bertanya-tanya."

"Tentu saja tidak, Moren." Coral tersenyum menjawabnya. Dia senang Moren membuat keputusan itu, dia juga berharap bisa tidur sejenak selagi hatinya merasa tenang.

Dengan demikian, Malvis membiarkan keduanya tidur sebentar sebelum mengantar mereka ke istana.

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang