"Jadi apa yang kau pikirkan, Katz?" tanya Moren akhirnya.
"Menurutmu?"
"Kita harus mendapatkan serbuk peri untuk Lotus, aku tidak ingin..." suara Moren tertahan memikirkan sesuatu yang buruk.
"Pilihannya mungkin ada dua untuk Lotus. Pergi ke Khelam dan mencari peri lain yang ada disana agar mereka membagi serbuk peri untuk Lotus. Arah itu sejalan dengan arah kalian pulang, kita bisa sekalian. Masalahnya tidak mudah menemukan peri yang sengaja bersembunyi di Khelam. Aku tidak yakin kita punya cukup waktu, apalagi sekarang Hyereen bersama kita, kita tak bisa bergerak secepat kemarin.
"Yang kedua, kita antar Lotus ke Menara Jarum. Tapi arahnya menyimpang jauh dari Galgalore. Tidak mungkin Lotus kembali kesana seorang diri saat ini, jika aku mengantarnya maka tidak akan ada yang bersama kalian pulang ke rumah. Lylo mungkin bisa menunjukkan jalannya, tapi setelah ini para roh gelap pasti mengejar Hyereen ke arah sana. Aku tidak tega membiarkan kalian berdua saja dan hanya dengan Lylo. Lagipula Lylo belum kembali."
"Berapa banyak waktu yang Lotus punya?"
"Kurang dari 24 jam, kurasa, sebelum sayap-sayapnya lepas."
"Berapa lama kita mencapai Menara Jarum?"
"Jika bersama-sama mungkin sehari semalam, itu paling cepat. Seandainya memakai Wombark, bisa hanya 5 jam. Tapi kita berempat, Moren, Cherry tidak akan mau dinaiki lebih dari dua orang."
"Begini, Katz_ pergilah dengan Lotus dan Cherry, kami berdua akan menunggu Lylo."
"Dan jika Lylo tidak kembali?"
Moren mengerjapkan matanya. Bagaimana jika Lylo tidak kembali?
"Kita tunggu sebentar lagi, mungkin Lylo akan segera kembali. Kita bicara lagi nanti." Moren meninggalkan Katz tetap diambang gua. Dia duduk menyendiri disalah satu sisi gua, memikirkan semua sekali lagi. Hyereen menghampirinya.
"Moren," panggil Hyereen.
"Hmm," jawab Moren enggan.
"Tidakkah dia tampan?" kata Hyereen tiba-tiba. Moren mengikuti arah pandangannya, Katz menyeringai pada mereka saat itu.
"Oh, lihat Moren! Dia tersenyum padaku," pekik Hyereen.
"Yang benar saja kau, itu namanya menyeringai dan bukannya tersenyum. Jangan macam-macam, Reen!"
"Ayolah, Moren... macam-macam apa?"
"Memangnya aku tidak tahu kemana arah pembicaraan ini jika kau bilang seseorang 'tampan'? Dia bukan manusia, Reen."
Hyereen menonjok bahu Moren dengan kesal.
"Bisa tidak kau naksir seseorang yang normal saja?" kata Moren.
"Memangnya dia tidak normal?"
Moren melotot padanya, "Kau tidak lihat jari-jarinya punya cakar setajam pedang? Dia juga punya taring, matanya menyala seperti api dan badannya tinggi sekali, leherku saja sampai pegal saat bicara dengannya meskipun sebentar. Dan lagi, dia memberi nama makhluk sebesar rumah; Cherry?!" Moren membelalakan mata pada Cherry. Dia bicara sepelan mungkin agar Katz tidak mendengar pembicaraan mereka.
"Menurutku itu tidak aneh. Itu keren! Dan soal tinggi badan itu mungkin kau hanya iri karena tidak setinggi dia."
"Apa? Memangnya siapa yang mau tumbuh setinggi pohon cemara?" Moren benar-benar kesal.
"Berpikirlah dengan akalmu!""Berpikir dengan akalku?" Hyereen memutar bola matanya. "Memangnya aku tidak tahu kau terus-terusan menatap Lotus sampai lupa berkedip?"
"Hei, aku hanya sedang mengkhawatirkannya. Dia sudah membahayakan dirinya untuk menolongmu."
Hyereen menggeleng penat, "Moren seumur hidupku aku bangga sekali punya saudara seperti dirimu. Apapun yang kau katakan, aku mendengarkan. Bahkan aku lebih menurut padamu dari pada ke ayah. Tapi aku tidak akan mendengarkan nasehat dari seseorang mengenai orang yang aku taksir jika nasehat itu datang dari orang yang tidak menyadari perasaannya sendiri. Sekalipun itu adalah kakakku, kakak terhebat di seluruh dunia. Aku sendiri yang akan memutuskan apakah seseorang tampan dan layak ditaksir atau tidak!"
"Reen..." Moren ingin membujuk Hyereen, tapi saudaranya itu sudah menjauh dengan menghentakkan kaki. Moren membiarkannya, ini bukan saat yang tepat membujuk orang yang sedang merajuk.
Katz melihat Hyereen menjauh dari Moren sambil menghentakkan kakinya. Saat itu Lotus sudah terbangun dan Hyereen jadi menemukan tempat untuk kabur. Dia mendekati Lotus untuk bicara.
"Kalian bertengkar?" Katz sudah berada didekat Moren.
"Tidak, biarkan saja dia."
"Kau tidak membebaskan adikmu hanya untuk mengajaknya bertengkar, kan?" sindir Katz.
"Katz!" Moren memperingatkannya, dia sedang tidak ingin becanda.
"Baiklah," Katz duduk disebelah Moren, kali ini pandangannya menjadi serius. "Aku sudah berpikir berkali-kali, kurasa aku tahu yang terbaik untuk Lotus."
"Apa?"
"Begini, mungkin kau akan sedikit terhambat untuk kembali ke Galgalore, tapi ini sepertinya jalan yang terbaik. Tidak baik mengulur-ulur waktu untuk Lotus, aku tidak terlalu yakin sampai berapa lama dia akan bertahan, jadi kupikir kita harus cepat untuknya. Pilihan terbaik adalah membawanya kembali ke Menara, disana dia akan mendapat perawatan terbaik dari bangsanya sendiri. Sebaiknya kita tidak menunggu sampai Lylo kembali."
"Jadi kita akan meninggalkan Lylo?"
"Tidak, tidak seperti itu juga. Lotus harus pergi dengan Cherry karena dia harus cepat, tapi seseorang harus bersama dia untuk menjaganya. Dan tidak bisa aku, karena aku harus menunggu Lylo.
"Moren, kau yang akan pergi bersama Lotus. Aku dan Hyereen menunggu Lylo disini. Lylo mungkin akan membawa informasi penting saat kembali. Setelah itu kami mungkin akan langsung ke Galgalore, secepatnya, kami akan menghubungi kalian entah bagaimana caranya. Sedangkan kau, aku yakin para peri akan mengurus sesuatu untukmu."
"Bagaimana caranya kami pergi berdua dengan Cherry tanpamu?"
"Aku akan membujuk Cherry, lagipula wombark juga mendengarkan para peri, Lotus bisa mengendalikannya selama perjalanan. Dia anak baik, Moren, dia akan menurut."
Moren terdiam. Hyereen sedang bercakap-cakap dengan Lotus tak jauh dari mereka. Tawa Lotus terdengar diantara pembicaraan mereka. Tawanya lebih halus dan lemah dibanding yang biasa Moren dengar.
"Aku akan membicarakan hal ini dengan Hyereen," kata Moren setelah menimbang-nimbang.
Moren menghampiri Hyereen dan mengajaknya menjauh untuk bicara.
"Aduh, Moren!" Hyereen mengerutkan wajahnya, "Aku tidak suka kita harus berpisah kembali," kata Hyereen setelah Moren mengatakan situasi mereka.
"Oya? Tidak terlihat tuh diwajahmu," sindir Moren. Jelas-jelas Hyereen menahan-nahan senyumnya.
"Masa?"
Moren menghela nafasnya. Baru beberapa jam yang lalu, saudarinya menangis dalam pelukannya, sekarang sepertinya semua penderitaan yang dilaluinya sudah dilupakan. Sekarang bahkan wajahnya bersemangat dan memerah seperti tomat karena tahu dia akan ditinggal bersama pria yang dianggapnya tampan.
"Aku akan berterus terang, Reen. Aku tidak suka meninggalkanmu berdua saja bersama Katz, tapi menurutku dia benar, seperti ini yang paling tepat. Tapi kau sendiri sudah besar dan aku berharap kau bisa mengendalikan dan menjaga dirimu sendiri. Jadi..."
"Oh, ya ampun, Moren!" potong Hyereen, "Kau kedengaran seperti ayah, tau tidak? Jangan memikirkan aku dan kalau tadi kau bilang kita perlu cepat-cepat, sebaiknya kau tidak buang-buang waktu dengan menasehatiku."
Hyereen mendorong bahu kakaknya, "Pergilah bersama Lotus, aku akan baik-baik saja." Kali ini nada bicaranya serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Galgalore's Trap
FantasiMoren dan Hyereen menyelinap meninggalkan tempat tinggalnya untuk melihat teror yang menghantui lembah mereka dari hutan-hutan perbatasan. Mereka tidak menduga bahwa jalan yang mereka lalui ketika berangkat tidak akan membimbing mereka untuk kembali...