57. Terompet peri

7 3 0
                                    

Melayang tinggi di atas langit Galgalore, para Pterogorn berputar-putar dan memekik-mekik. Peri-peri yang diatas punggungnya mengawasi bagaimana pasukan Galgalore terseok-seok masuk ke dalam lembah Coklat. Di belakangnya, musuh mengejar dengan keyakinan yang luar biasa. Sungguh, orang-orang Galgalore adalah umpan yang tepat untuk mereka. Peri-peri itu memandang dengan takjub bagaimana orang-orang itu memainkan perannya dengan sangat baik meskipun nyawa mereka taruhannya. Tidak satupun yang menyimpang dari rencana.

Para Incanio di hutan sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengurangi musuh-musuh itu. Mereka terutama menyerang binatang buas dan membiarkan Animalo berjalan terus, itu akan menjadi bagian para peri. Kini yang mengejar orang Galgalore sebagian besar adalah Animalo.

Roh-roh Gelap itu tertawa dan merasa para manusia sungguh bodoh karena mereka mengarahkan pertempuran ke lembah, tempat dimana tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dengan mudah. Maka meluncurlah seluruh Roh Gelap yang belum bertubuh, menyusul teman-teman mereka masuk ke lembah. Tubuh baru yang kuat sudah terbayang untuk mereka miliki.

Ruby, pemimpin pasukan peri penerbang menyeringai senang melihat ceruk jebakan itu bekerja. Setelah yakin seluruh Roh Gelap telah berada disana, dia mengangkat terompetnya dan meniupnya kuat. Suara nyaring terompet itu membangunkan para Rockbum di Pon Tares.

Suara terompet itu juga memberi tanda bagi pasukan Galgalore bahwa waktunya telah tiba. Saatnya mereka mencabut sumbat tabung kecil pemberian para peri, yang sejak awal sudah ada di kantong mereka, yang diberikan dengan pesan: seandainya saja kalian menggunakannya sebelum bunyi terompet, kalian akan mati. Para prajurit meminum isi tabung itu sampai habis. Dalam sekali tenggak, eliksir peri itu memasuki tenggorokan mereka sementara tanah tempat mereka berpijak mulai bergetar.

Kecuali mereka yang sudah tergeletak mati atau benar-benar terluka parah sampai tidak bisa bergerak, semua prajurit Galgalore itu bergerak ke atas. Kaki mereka menjejak tanah dan tubuh mereka terbang seperti para peri. Perang itu melelahkan dan menumpulkan pikiran mereka sehingga tubuh ringan itu menghibur mereka. Beberapa bahkan tertawa saat melayang.

Gempa bumi mengejutkan pihak Roh Gelap, mereka tidak tahu apa yang terjadi. Hewan-hewan mendengking ketakutan dan para Animalo terbengong-bengong. Hal itu memberi kesempatan bagi orang-orang melayang lebih tinggi. Beberapa Animalo dengan cepat tersadar, mereka menangkap kaki beberapa orang dan menyeretnya kembali ke bawah. Tetapi tetap saja mereka tidak mengerti apa yang terjadi.

Gempa berasal dari Pon Tares karena para Rockbum mulai bergerak. Mereka masing-masing melepaskan diri dari lereng-lereng Pon Tares. Meluncur. Menggelinding langsung menuju lembah Coklat. Bunyinya berdebum-debum dan bergemuruh. Mereka meluncur membawa serta bebatuan, tanah dan kerikil-kerikil Pon Tares, sehingga ketinggian bukit itu menjadi hanya tinggal separo setelah kejadian itu.

Para Roh Gelap dan hewan-hewan buas menatap penuh kengerian pada batu-batu besar dan tanah yang melongsor langsung pada mereka. Mereka berteriak dan berusaha melarikan diri. Tidak ada yang bisa keluar dengan cepat dari lembah Coklat. Segera saja seluruh Rockbum dab separo Pon Tares memenuhi ceruk lembah Coklat. Debu mengambang tebal mengalahkan ketebalan asap dari jerami yang terbakar. Dalam sekejap Rockbum mengubur semua yang masih berada di lembah hidup-hidup.

Roh-roh melayang kebingungan. Roh-roh dari Animalo bergabung dengan roh yang belum bertubuh. Mereka panik. Mereka tampak seperti pendar-pendar biru diantara debu-debu dan bergerak liar tanpa tujuan. Para peri dari puncak pohon menarik light shotnya pada busur dan membidik roh-roh itu. Yang lebih mahir memanah, terbang mendekat untuk menembak, mereka ini yang paling banyak membunuh para roh.

Ruby dan para peri penerbang mengawasi dari tempat yang tinggi, jika ada roh yang terlihat keluar area, mereka akan segera melihat dan segera meluncur mengejar. Tidak sulit menembak para roh itu meskipun malam gelap serta penuh debu karena para roh itu berpendar.

Prajurit yang melayang melihat bagaimana para roh itu dibantai di antara mereka. Roh-roh itu menjerit dengan memilukan setiap kali sebuah light shot mengakhiri hidup mereka. Jeritan satu disusul jeritan lain, begitu terus menerus sampai lama, membuat yang mendengarnya pucat karena ngeri. Ada benarnya jika Lylo dan Ludeon memilih pergi sebelum peperangan atau mereka akan melihat sesama mereka dibantai sedangkan mereka terlibat dengan rencanannya. Peristiwa itu akan sulit untuk mereka lalui.

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang