Rombongan Moren meninggalkan hutan-hutan Galgalore dan mulai memasuki area hutan yang lebih lebat lagi. Moren mengira hutan-hutan di Galgalore sudah cukup gelap dan pandangannya langsung berubah ketika mereka memasuki Khelam, begitulah kata Katz mengenai nama hutan yang barusan mereka masuki.
Saat itu kira-kira pukul 9 pagi dan mereka baru masuk sedikit ke dalam Khelam, tapi sinar matahari langsung menghilang terhalang daun-daun pohon. Rombongan mereka melambat, karena bahkan Katz sulit menemukan tempat berpijak yang tepat diantara akar-akar yang menonjol liar. Lotus kesulitan terbang diantara dahan-dahan yang tumbuh rapat, sayapnya berkali-kali tergesek dahan pohon. Hanya Lylo yang masih bergerak melayang dengan anggun.
"Apakah tidak ada jalan lain, Katz?" tanya Moren sambil melihat ke sekeliling. Tempat itu rasanya mencurigakan.
"Tidak. Ini jalan yang tercepat," kata Katz. "Kita akan beristirahat dulu disini, kita sudah berjalan lama."
Itu adalah sebuah tanah yang paling luas tanpa sebuah dahan menonjol pada areanya di Khelam. Pohon-pohon tumbuh mengelilingi tempat itu membentuk dinding dan Katz menghentikan rombongan disana.
Cherry merunduk, Moren melorot dari punggungnya. Kakinya kebas setelah berjam-jam terlipat diatas punggung Cherry. Moren sempoyongan dan bermaksud menyambar bulu-bulu Cherry untuk berpegangan. Cherry mendengus dan menghindar, Moren jatuh terduduk karena menggapai udara. Dia menggumamkan sesuatu pada Cherry.
Lotus yang berdiri tak jauh darinya tertawa panjang.
"Kau tidak apa-apa?" Lotus mengulurkan tangan pada Moren.
"Ya." Moren menyambar uluran tangan Lotus. Memalukan sekali harus menerima bantuan dari seorang perempuan untuk berdiri, tapi dia tidak memiliki pilihan lain.
Sambil tertawa dan tubuh yang berkedip-kedip, Lotus membawa Moren mendekat pada Katz dan Lylo. Aroma harum bunga-bunga tercium oleh Moren. Dia menyadari dari Lylo lah aroma itu berasal. Aroma itu mengingatkannya pada waktu-waktu ketika dia dan Hyereen berulang tahun. Orang-orang akan menumpuk bunga-bunga di kamar Hyereen membuat ruangan itu sungguh wangi dan Moren akan mengeluh pusing jika berada disana lebih dari dua jam. Aroma Lylo terasa berbeda, aromanya lembut samar-samar, membuat nyaman yang berada di dekatnya.
Katz membuka perbekalan mereka. Mau tidak mau, Moren harus menerima makanan dari Katz karena dia tidak membawa apa-apa. Katz membagi roti kering dan daging yang diasap, rasanya lumayan, sepertinya Incanio pintar dalam mengawetkan makanan. Mereka semua makan dari perbekalan Katz kecuali Lylo, namun Lylo mengubah sebotol air menjadi harum dan lebih dingin untuk semuanya, setelah itu ia pergi tanpa bicara apa-apa. Minuman yang ditinggalkannya sangat menyegarkan dan cepat mengusir haus.
"Ini waktu yang tepat, Katz, kalau kau mau bercerita yang agak panjang," kata Moren setelah acara makan-makan itu selesai. Cherry berada takjauh dari mereka, mengunyah semak-semak beri. Lotus bersandar di perutnya, matanya terpejam, sepertinya dia mencoba untuk tidur.
"Ah, aku harus bercerita dari mana ya? Coba kau bertanya sesuatu," kata Katz sambil menjilat-jilat taringnya.
"Mmn, coba mulai dari para roh. Apa itu Roh Murni dan Roh Gelap?"
"Baiklah." Katz mengangguk.
Moren menatap wajahnya dan setelah pertemuan mereka kemarin dimalam gelap, kali ini dia bisa melihat wajah Katz lebih seksama. Katz belumlah tua, usianya mungkin hanya beberapa tahun diatasnya.Pandangan Katz menjauh untuk mengingat hal-hal yang ingin ia sampainkan.
"Para roh mungkin satu-satunya bentuk kehidupan yang tidak memiliki tubuh sejati," Katz mengawali ceritanya.
"Biasanya mereka memiliki bentuk seperti binatang atau makhluk hidup pertama yang memberi kesan dalam bagi mereka setelah mereka lahir. Kau lihat kan? Lylo tampak seperti kelinci. Roh lain mungkin memiliki penampilan yang lain pula. Mereka bersembunyi saat siang karena sinar matahari bisa membakar mereka dan mereka memperoleh energi dari menghisap keharuman bunga-bunga malam, itu membuat mereka mengeluarkan aroma wangi dari tubuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Galgalore's Trap
FantasiaMoren dan Hyereen menyelinap meninggalkan tempat tinggalnya untuk melihat teror yang menghantui lembah mereka dari hutan-hutan perbatasan. Mereka tidak menduga bahwa jalan yang mereka lalui ketika berangkat tidak akan membimbing mereka untuk kembali...