Hyereen tergopoh-gopoh berjalan nyaris berlari dalam ruang perawatan Galgalore. Banyak sekali orang-orang mereka yang terluka, beberapa dibawa rekannya dalam keadaan sekarat dan mereka membawa yang meninggal langsung ke tempat lain. Hyereen sangat kelelahan. Mereka belum pernah mengalami peristiwa yang sedemikian buruk seperti sekarang ini. Ia dan para perawat sudah menduga akan banyak yang terluka dalam perang, tapi mereka tidak bisa menduga bahwa tenaga mereka terbatas untuk ini semua.
Seorang prajurit yang terluka di bagian kepala berteriak-teriak saat kepalanya dibersihkan. Dia bahkan memaki-maki perawatnya karena tidak sadar bahwa yang ada di hadapannya adalah putri Sang Raja.
"Astaga! Kalau kau tidak bisa diam bagaimana aku membantumu?!" bentak Hyereen.
"Ini sakit sekali, sialan!" teriak prajurit itu. "Oh, kepalaku rasanya mau meledak!"
Hyereen mendelik padanya lalu pergi ke luar. Sebentar kemudian ia kembali dengan dua orang pemuda yang di dapatnya dari luar. Salah satu dari pemuda itu membawa tali tambang yang panjang dan yang lain sibuk menggulung sebuah kain.
"Nah," kata Hyereen penuh kemenangan.
"Ikat dia dan sumpal mulutnya!""Baik, Tuan Putri!" jawab dua pemuda itu.
Prajurit yang kepalanya terluka terbelalak. Tuan Putri??? Tunggu tunggu!_ tapi dua orang pemuda itu sudah menyergapnya, memintingnya dan menjejalkan kain kemulutnya lalu mengikat tangan dan kakinya.
"Mph mph! Mphnmmph mmph mph!" (Ya ampun, saya tidak tahu anda Tuan Putri. Maafkan saya! Maafkan saya!)_ tentu saja tidak ada yang tahu apa yang dikatakannya.Hyereen duduk disebelahnya dan tersenyum padanya. "Beginikan lebih baik," katanya sambil mengusap luka orang itu.
Sebentar lagi paramedis pasti akan ambruk saking lelahnya, tapi mereka mendengar akhirnya bunyi terompet menggelegar. Mereka tahu apa yang terjadi selanjutnya, suara itu membangkitkan lagi semangat diantara mereka. Ayo bekerja keras sedikit lagi! Karena semua akan segera berlalu.
Saat mendengar seruan kemenangan diteriakkan diantara orang-orang, mereka semua sangat lega. Dan meskipun tangan mereka sakit dan badan mereka lelah karena pekerjaan, mereka semua tersenyum dan tertawa bersama.
Hyereen berjalan diantara orang-orang yang terluka setelah semua pekerjaan akhirnya mereda. Dia tidak melihat Moren diantara orang-orang. Mungkin Moren baik-baik saja di luar sana, tapi pikiran itu tidak menenangkannya.
Lalu ia pergi ke tempat dimana orang-orang mengumpulkan mereka yang mati. Syukurlah, ia tidak melihat Moren disana. Tapi ada tempat yang tidak bisa diperiksanya_ Lembah Coklat, dimana Rockbum meratakan ceruknya dengan kaki bukit.
Hyereen bertanya pada siapa saja yang ditemuinya, barangkali mereka tahu dimana pangeran berada dan sedang apa dia. Tidak ada yang memberinya jawaban pasti. Hyereen bergerak gelisah, mulutnya menggumam dan hatinya tidak tenang. Seorang perawat mengira dia begitu karena kelelahan. Perawat itu mendorong sebuah kursi padanya agar putri itu duduk, kemudian ia masih di sana untuk memegangi tangan putrinya saat gadis itu mulai terisak-isak tanpa tahu mengapa.
Katz mengguncang bahu Moren dan menepuk-nepuk pipinya untuk membuat anak itu tersadar. Mereka sudah ada di perkemahan Incanio dengan seorang penyembuh berada disampingnya memegang sebuah cawan kecil di tangan. Moren mengerang pelan. Katz menahan kepalanya dan menjejalkan cawan dari penyembuh ke mulutnya.
"Minum, habiskan!" perintah Katz. Cawan itu berisi cairan penawar, rasanya sangat memuakkan. Tapi dengan Katz yang mencengkeram kepalanya, Moren tidak punya pilihan selain menelannya.
Katz meletakkan Moren ke atas dipan, penyembuh itu segera mendorong Katz agar menyingkir.
"Minggir, Katz! Biar aku yang mengurusnya," kata penyembuh itu. Dengan telaten ia membersihkan luka pemuda itu, mengoles obat-obatan dan menutup lukanya dengan perban. Dia mengecek keseluruhan kondisi pemuda itu sementara Katz mengawasi semua dari balik punggungnya. Sesekali asisten penyembuh itu harus mendelik padanya karena ia terlalu dekat dan malah mengganggu. Katz lalu mundur beberapa langkah, melipat tangannya di dada_ menunggu.Akhirnya penyembuh itu selesai dengan pekerjaannya. Asistennya membawa tetek bengek sampah yang dihasilkannya keluar dari tenda dan Katz lalu berani mendekati dipan. Penyembuh itu menyelimuti pasiennya dengan dua lapis selimut karena tubuh pemuda itu sangat dingin.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Katz.
"Kapan kira-kira dia mendapat lukanya?" Penyembuh itu balik bertanya.
"Entahlah, mungkin sebelum bunyi terompetnya."
"Itu terlalu lama. Kenapa kau baru membawanya kemari?"
"Dia tadinya baik-baik saja, Will. Bahkan dia membantuku mengalahkan Waroght setelah ia mendapatkan lukanya. Aku baru tahu kalau ia terluka karena ia tiba-tiba pingsan."
Will menggeleng. Biasanya seseorang yang terkena racun warg akan langsung lemas meskipun tidak sampai kehilangan kesadarannya. Dengan cara seperti itulah para warg menangkap mangsanya, mereka menggerogoti mangsanya selagi masih hidup, mereka suka makanan segar. Tapi apa tadi yang Katz bilang tentang pemuda ini? Katz bilang anak ini sudah membantunya mengalahkan Waroght meskipun sudah terluka. Benar-benar sulit dipercaya.
"Bagaimana keadaannya, Will?" tanya Katz sekali lagi.
Will menatapnya dengan kesabaran seorang sepuh. "Kau masih bertanya begitu?" katanya.
"Meskipun dia sudah meminum penawarnya, tapi kau tahu sendiri kalau penawar itu bekerja baik jika diminum belum lama dari saat terkena cakaran, saat tubuh korbannya masih hangat dan kesadarannnya masih bagus. Kau lihat dia! Orang ini tubuhnya sudah dingin dan kau membawanya kemari dalam keadaan setengah pingsan." Will menghela nafasnya seolah ia mengatakan pada Katz; Nah, kau jawab sendiri saja pertanyaanmu tadi, Katz!Katz mondar-mandir gelisah. Pikirannya jadi kacau. Ditatapnya Moren yang berbaring tenang. Wajahnya pucat, kalau saja dadanya tidak bergerak naik turun, dia akan dikira sudah meninggal.
"Hei, Katz!" panggil Will. "Dimana tadi katamu kau menemukan orang ini?" Will memperhatikan pasiennya sambil bicara.
"Aku dengar Galgalore hanya mengijinkan yang usianya diatas 20 tahun untuk maju berperang. Perasaanku saja ataukah memang benar_ kulihat orang ini masih terlalu muda. Jangan-jangan dia memang tipe awet muda." Will tersenyum karena gagasannya. Dia hanya menebak, karena dia sendiri jarang memperhatikan manusia."Memang, dia masih 16 tahun," jawab Katz.
"Ha? Bagaimana bisa?"
"Ya ampun, Will," Katz menekan pangkal hidungnya dengan telunjuk dan jempolnya. "Apa kau tidak mendengar cerita tentang seorang pangeran yang kabur dari istana dan yang membuat kita semua akhirnya bisa bicara dengan penguasa lembah? Kurasa semua Incanio sudah tahu tentang cerita itu." Katz mengamati reaksi Will. "Ini dia orangnya, ini Moren."
Mendengar itu, Will melompat berdiri karena terkejut. "Astaga astaga!" pekiknya. "Ya ampun, Katz! Ya ampun, Katz!" katanya berulang kali.
"Ya Tuhan, aku baru saja merawat pangeran Galgalore! Oh, astaga! Apa yang akan dikatakan oleh raja mereka kalau ia tahu putranya dalam perawatan Incanio dan kondisinya tidak bagus? Dia bisa berpikiran buruk mengenai kita, Katz. Harusnya kau tidak membawanya kemari!"Kali ini Will yang mondar-mandir. "Ya ampun, ini Moren," katanya lagi tidak percaya. "Dan dia di sini, dan sewaktu-waktu dia bisa..." Will tidak melanjutkan kata-katanya. Dia tiba-tiba sadar bahwa Katz pastinya dekat dengan pangeran itu, nyaris saja dia mengatakan 'meninggal' di depannya. Mulutnya bisa digampar Katz kalau begitu.
Will diam dan memperhatikan raut wajah Katz. Dia baru menyadari Katz tampak hampir menangis dari tadi.
"Aku akan memberitahu ayahnya," kata Katz akhirnya dan beranjak dari sana.
"Ya, sebaiknya kau cepat, Katz." Will mengangguk.
Sebaiknya kau cepat_ sebaiknya penguasa lembah itu melihat anaknya selagi dia masih hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Galgalore's Trap
FantasyMoren dan Hyereen menyelinap meninggalkan tempat tinggalnya untuk melihat teror yang menghantui lembah mereka dari hutan-hutan perbatasan. Mereka tidak menduga bahwa jalan yang mereka lalui ketika berangkat tidak akan membimbing mereka untuk kembali...